TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meskipun ikhlas, Felicia, Istri terpidana mati Michael Titus Igweh mengaku heran kenapa hanya sebagian orang saja yang ditembak mati dalam eksekusi gelombang tiga di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah Jumat dini hari, (29/7/2016).
Dari 14 orang yang masuk daftar eksekusi haya empat orang termasuk suaminya yang dieksekusi.
"Konsiparasi apa, dari 14 orang di sel isolasi hanya 4 ditembak mati termasuk suami saya. Berat bagi saya. Sedosa apapun dosa manusia. Kita semua orang berdosa, dalam firman Tuhan semerah apapun dosa kamu, Tuhan akan memutihkan seputih salju. Kenapa pemerintah berhak mencabut nyawa," kata Felicia dengan terbata-bata di rumah duka Bandengan, Jakarta Utara, Jumata (29/7/2016)
Sambil menunduk Felicia mengatakan jika eksekusi mati terhadap suaminya menandakan sistem hukum di Indonesia tidak adil. Suaminya tetap ditembak timah panas meski telah menjalani hukuman kurang lebih 15 tahun.
"Indonesia hukumnya enggak adil. Kalau suami saya dihukum mati kenapa engga langsung setalah vonis, tapi setelah suami saya di dalam penjara 15 tahun dan tetap ditembak mati. Kalau memang ini kehendak Tuhan saya terima. Semoga ini eksekusi terakhir jangan ada lagi, karena begitu pahit dan sakit,". Katanya.
Felicia mengungkapkan kekecewaanya dengan mengatakan terimakasih kepada Pemerintah Indonesia yang telah merubah status kehidupannya. Pemerintah dan penagk hukum indonesia telah membuatnya berstatus Janda.
"Kepada Kajagung Prasetyo, Presiden Joko Widodo, Hakim Agung Artidjo Alkostar terima kasih sebanyak banyaknya kalian telah membuat saya jadi janda, anak saya jadi piatu yatim," pungkasnya.
Michael Titus Igweh (Nigeria) divonis hukuman mati lantaran terlibat dalam jaringan narkotika internasional. Ia kedapatan memiliki heroin seberat 5,8 kilogram dan ditangkap tahun 2002.