TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri mendalami curhat Freddy Budiman, terpidana mati kasus narkoba, mengenai dugaan petinggi BNN dan Polri yang menerima uang miliaran rupiah untuk memuluskan bisnis narkoba Freddy.
Untuk mendalami curhatan itu, aparat kepolisian telah meminta keterangan Koordinator KontraS, Haris Azhar.
Sebelumnya diberitakan, Haris mengungkap masalah itu lewat tulisan "Cerita Busuk dari Seorang Bandit".
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar, mengatakan informasi yang diterima dari Haris tidak jauh berbeda seperti apa yang telah beredar luas di masyarakat.
"Kami sudah ada pertemuan, kalau contain tidak ada yang berbeda. Dari yang teman-teman baca, di wa (Whatsapp,-red) persis contain seperti itu. Seperti suasana pak Haris menerima informasi itu dengan pak Freddy Budiman 2014. Dua tahun silam," tutur Boy di bandara Halim Perdanakusuma, Minggu (31/7/2016).
Menurut dia, aparat kepolisian masih mengkaji informasi itu.
Namun, Freddy yang telah meninggal dunia membuat kesulitan mengungkap karena tidak ada yang dapat dikonfirmasi.
Sejauh ini belum ada upaya dari aparat kepolisian untuk meminta keterangan sejumlah pihak yang disebut-sebut turut terlibat dalam jaringan narkoba Freddy.
"Sangat perlu didalami karena sumir. Sementara itu kalau kami mau konfirmasi, pak Freddy sudah tidak ada. Saya belum mendengar nama-nama itu. Masih perlu didalami, klarifikasi lagi, untuk menjadi sebuah informasi akurat," kata dia.
Freddy Budiman, bandar narkoba, sudah meninggal dunia setelah dieksekusi regu tembak di Lapangan Tembak Tunggal Panaluan, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2016).
Namun, setelah dia tewas justru berembus kabar kurang sedap mengenai permainan oknum aparat kepolisian dan BNN di bidang penanggulangan narkoba dan obat-obatan terlarang.
Beredar pemberitaan pesan singkat dari seseorang mengatasnamakan Koordinator KontraS, Harris Azhar. Dia menceritakan bagaimana tereksekusi mati Freddy Budiman, dalam tulisannya yang berjudul "Cerita Busuk dari Seorang Bandit".
Di dalam tulisan itu disebutkan pejabat BNN menyalahgunakan kewenangan dan jabatannya guna membantu Freddy Budiman dalam melancarkan bisnis Narkoba.
Tulisan ini juga di posting dalam fanpage Facebook resmi milik KontraS (tanpa tanggal) pada tahun 2014 lalu, dan kemudian disebarluaskan kembali oleh berbagai media terutama media online.