TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Saya prihatin dengan pejabat yang seperti ini. Ketika saya ditangkap, saya diminta untuk mengaku dan menceritakan dimana dan siapa bandarnya.
Saya bilang, investor saya anak salah satu pejabat tinggi di Korea. Saya siap nunjukin dimana pabriknya. Dan saya pun berangkat dengan petugas BNN.
Kami pergi ke Cina sampai ke depan pabriknya. Lalu saya bilang kepada petugas BNN, mau ngapain lagi sekarang ? Dan akhirnya mereka tidak tahu, sehingga kami pun kembali."
Itulah sepenggal isi "nyanyian" Freedy Budiman pada Koordinator KontraS, Haris Azhar pada 2014 lalu di Nusakambangan.
Kemudian curhatan itu ditulis oleh Haris dan disebarluaskan.
Menanggapi soal kepergian Freddy ke Cina menunjukkan pabrik Ekstasi, menurut Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar itu sangat tidak mungkin.
"Soal Freddy mengaku pernah pergi ke Cina bersama petugas BNN, itu mustahil. Posisi terpidana itu tidak bisa dibawa ke luar negeri," kata Boy, Rabu (3/8/2016) di Mabes Polri.
Menurut Boy, ada unsur-unsur yang tidak benar dalam penyaringan ucapan oleh Freddy.
Dan menurutnya ada upaya dari Freddy di tahun 2014 itu untuk bisa lepas dari jeratan hukuman mati.
"Kami meragukan apa yang disampaikan Freddy ke Haris adalah sebuah kebenaran, ada indikasi ketidakbenaran," katanya.
Ditanya soal akankah Polri melakukan penyelidikan hingga ke Cina, menurut Boy itu tidak diperlukan.