News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengakuan Freddy Budiman

Hasil Penelusuran KontraS, Haris Ungkap Kejanggalan Kasus Narkoba 2012

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Haris Azhar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Brantas Mafia Narkoba bentukan KontraS mendalami pernyataan Freddy Budiman dengan menelusuri peta penangkapan jaringan Nakorba pada 2012 lalu.

Koordinator KontraS Haris Azhar mengatakan terdapat keterkaitan antara penanganan salah satu kasus Narkoba 2012 lalu dengan pernyataan Freddy.

"Selama dua pekan terakhir‎ KontraS menelusuri 5 berkas pengadilan dan satu pengadilan militer. Hasilnya ditemukan satu kasus Narkoba yang janggal," ujar Haris di kantornya, Jalan Kwitang II nomor 7, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (12/8/2016)

Satu kasus yang janggal tersebut yakni pengiriman satu kontainer yang berisi 1.412.476 pil MDMA (ekstasi) dari Cina yang berhasil digagalkan BNN pada 25 Mei 2012.

Kejanggalan terletak pada standar operasi yang dilakukan.

Menurut Haris operasi yang dilakukan BNN saat itu menggunakan teknik Controlled Delivery (CD) bekerjasama dengan Bea Cukai.

Tim operasi dibentuk pada 15 mei 2012 dan dikeluarkan 4 surat tugas yang diberikan secara khusus kepada tim Bea Cukai untuk melakukan perbantuan penugasan Controlled Delivery.

Namun sayangnya teknik operasi yang dilakukan tidak dilakukan semestinya.

"Seharusnya dalam Controlled Delivery barang (Narkoba) dibiarkan tiba dahulu di tempatnya agar diketahui seluruh jaringan yang terlibat, dari hulu ke hilir, dari si pengirim hingga memungkinkan sampai pada perdagangannya" katanya.

Namun yang terjadi menurut Haris, satu kontainer berisi Narkoba distop di tengah jalan tepatnya di Pintu Tol Kamal, Kareta, penjaringan.

Akibatnya jumlah narkoba yang fantastis tersebut hanya menyeret aktor lapangan saja yakni Mukhtar Muhammad alias TAR yang berada dalam mobil tersebut.

"Tidak terungkap siapa receivernya (penerimanya, marketingnya‎, trasporternya, dan lainnya," kata Haris.

Ditambah lagi dalam persidangan Muhamad Muchtar tidak terungkap jaringan narkoba tersebut secara keseluruhan.‎ ‎

Dalam berkas M‎uhammad Muchtar, hanya terungkap sejumlah nama yang terlibat yakni:

1. Freddy Budiman berperan untuk menyiapkan dan mengatur orang-orang di lapangan untuk mempercepat proses pengeluaran barang hingga barang masuk ke gudang penyewaan (Operator);

2. Hani Sapta berperan untuk mengenalkan dan/atau membuka jaringan pelabuhan, termasuk memiliki orang yang mempermudah administrasi dokumen dan mengeluarkan barang dari pelabuhan,

3. Chandra Halim berperan sebagai penghubung produsen barang di Tiongkok, diapun diketahui sebagai orang kepercayaan dari produsen

‎"Dengan kejanggalan-kejanggalan di atas maka kami ingin menjelaskan adalah sebuah kemutlakan untuk mengangkat berkas putusan Muhamad Mukhtar sebagai salah satu dugaan bukti tumpulnya putusan yang sebenarnya bisa dijadikan bukti petunjuk baru untuk melihat peta peristiwa Mei 2012," katanya.

Menurut Haris berdasarkan penafsirannya, kejanggalan yang ditemukan tersebu‎t berkait dengan pengakuan Freddy mengenai banyaknya peredaran narkoba di Indonesia.

"Controlled Delivery itu gagal dan Freddy pernah mengatakan, "Kenapa barang yang saya selundupkan setelah saya diproses hukum masih bertebaran," katanya.

Sementara Itu pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar mengatakan terdapat kesalahan dalam Teknik Controlled Deliverry yang dilakukan petugas.

Entah disengaja atau tidak kesalahan yang dilakukan yakni melakukan penangkapan di tengah jalan.

‎"Kejanggalannya Muchtar di tengah jalan ditangkap. Siapa yang menangkap? perintah siapa? Harus ditelusuri, karena belum sampai tujuan sudah ditangkap. Harusnya dibiarkan sampai pada yang menerima," kata Bambang.

‎Menurutnya teknik Controlled Delivery harus ditinjau dan diatur rinci. Agar pengananan masalah Narkoba dapat menyeluruh dan tidak 'diakal-akali'.

"Controled Delivery juga perlu ditinjau ulang, jangan samapi ditumpangi mafia narkoba dalam metoda tadi. Ini masalah besar, masalah dunia, bukan hanya di indonesia,"ujarnya.

Untuk diketahui berdasarkan ‎Instrumen Internasional United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotics Drugs and Psychotropic Substance (1988) PBB yang dimaksud Controlled Delivery adalah ‎'suatu teknik’ yang memungkinkan pengiriman/pembawaan narkotika yang dicurigai untuk melewati, masuk ke dalam satu atau lebih daerah tentorial negara lain dengan sepengetahuan dan di bawah pengawasan otoritas yang berwenang di daerah tersebut.

Tujuan utama untuk mengidentikaasi orang pihak yang terlibat dalam pemufakatan untuk melakukan kegiatan produksi, manufaktur, distribusi. pembenihan dan lain-lain di bidang narkotik dan psikotropika.

Sementara itu tidak ada aturan atau penjelasan khusus mengenai Controlled Delivery ‎di Indonesia.

Hanya saja dalam kasus penyergapan Kontener narkoba 2012 silan tersebut BNN dan Bea Cukai hanya berlandaskan pada UU No. 35/2009 tentang Narkotika, di mana pada Pasal 75 (j) tertulis;
"Melakukan teknik penyidukan pembehan terselubung dan penyerahan di bawah pengawasan".

Sebelumnya‎ pada 2012 lalu BNN berhasil menggagalkan penyelundupan Narkoba dari Cina menggunakan Kapal YM Instruction voyage 93 5.

Kapal berangkat dari Lianyungan, Senzhen, China, dan berlayar menuju Pelabuhan JITC Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 28 April 2012.‎‎ Narkoba tiba di Indonesia pada 8 Mei 2012.

Narkoba kemudian diangkut menuju gudang penyimpanan di ‎JL. Kayu Besar Dalam Gang Portal nomor 22 RT 10/11 , belakang Pertamina elpiji, Cengkareng, Jakarta Barat pada Pada 25 Mei 2012 tengah malam.

‎Namun belum sampai di gudangnya, Narkoba yang diangkut kontener dengan Nomor polisi TGHU 06083898 disergap di Pinto Tol Kamal, Jakarta Utara. Dalam kontener tersebut ditemukan 1.412.476 ekstasi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini