TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menyebutkan adanya 1500 anak yang terkena vaksin palsu.
Jumlah tersebut berdasarkan data rentang waktu 2014 hingga 2016 per 23 Agustus 2016.
Dimana, Tim Bersih Satgas telah memeriksa 14 rumah sakit dan 6 klinik yang menerima distribusi vaksin palsu.
Sebanyak 1500 anak itu secara terperinci yakni 915 anak di Provinsi DKI Jakarta, 211 anak di Provinsi Banten dan 375 anak di Provinsi Jawa Barat.
Nila mengaku data tersebut didapat melalui verifikasi medical record setiap rumah sakit yang diperiksa.
Setelah terdata, Kemenkes langsung memberikan vaksin ulang.
"Imunisasi sudah diberi, yang penting kita memberikan kekebalan kembali tubuhnya untuk imunisasi wajib. Ini berkoordinasi dengan IDAI. Kan misalnya saya belum yakin anak saya dapat vaksin palsu, kalau ragu boleh diberikan imunisasi ulang, karena IDAI tidak ada namanya overdosis vaksin. Bagi yang ragu silakan berkonsultasi dengan dokter anak," kata Nila saat menggelar rapat dengan Komisi IX DPR, Jakarta, Rabu (24/8/2016).
Ia juga mempersilahkan kepada orangtua menggunakan dokter pribadi untuk pemberian vaksin ulang.
Namun, Nila mengingatkan pemberian vaksin oleh pemerintah tanpa biaya alias gratis.
"Kita menyatakan bahwa kami memberikan kembali gratis, kalau mau ke dokter pribadinya silakan. Kami coba menjelaskan, yang disebut medical check-up itu pemeriksaan, misalnya apakah mendapatkan penyakit dari vaksin," katanya.
Data Kementerian Kesehatan mengungkapkan dari 1.500 anak, yang divaksin ulang sebanyak 975 anak atau 65 persen. Sisanya tidak diberikan vaksin ulang adalah karena tak ditemukan masalah kesehatan akibat vaksin palsu sebanyak 303, menolak sebanyak 31 keluarga.
Data juga menyebutkan status sedang sakit sebanyak 31 anak, tidak bisa dihubungi sebanyak 113 anak, sedang di luar kota sebanyak 10 anak, tidak hadir saat vaksin sebanyak 21 anak dan alasan lainnya sebanyak 10 anak.