TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Tidak mudah untuk menjadi seorang model profesional.
Alih-alih menjadi terkenal, model yang masih meniti karier rawan mengalami pelecehan serta foto yang diambil rentan disalahgunakan.
Seperti yang dialami oleh Diva (16), warga Banyuwangi yang mengalami depresi karena menjadi korban pelecahan dan foto telanjangnya tersebar di internet saat melakukan sebuah pemotretan.
Saat ditemui Kompas.com, Minggu (16/10/2016) Diva yang didampingi ibunya bercerita, dirinya dipaksa berpakaian seksi bahkan telanjang di sebuah pemotretan.
Kejadian tersebut dialami ketika dia ditawari menjadi model di acara hunting model terbatas di salah satu studio foto di Banyuwangi.
“Ada tiga fotografer di sana dan katanya satu orang berasal dari luar kota Banyuwangi. Studionya ada didalam rumah,” jelasnya.
Sebelum pemotretan, salah satu fotografer mengatakan Diva akan mendapatan bayaran Rp 300.000. Diva menyetujui dan ketika akan berganti baju, salah satu fotografer menyuruhnya untuk mengenakan kostum yang sudah disediakan.
"Bajunya minim dan saya menolak tapi dipaksa. Saya dibentak karena takut saya kemudian menggunakan baju itu," cerita Diva dengan suara bergetar.
Di dalam studi foto yang tertutup tersebut, Diva mengaku hanya ada empat orang yaitu dia dan tiga orang fotografer. Setelah beberapa kali pengambilan gambar, dia kemudian diminta untuk membuka seluruh bajunya.
"Saat itu saya mulai nangis dan tetap dipaksa. Ada teman yang mengantar tapi dia di luar tidak tahu apa yang terjadi di dalam," katanya pelan.
Pada saat menangis itulah, Diva mengaku dirinya tetap di potret walaupun sudah berkali-kali menolak dan menutupi wajahnya.. "Tidak lama sekitar 10 menit kemudian saya diminta untuk berpakaian lengkap kemudian saya keluar dari studio dan tidak mau menerima uang bayaran yang dijanjikan oleh mereka," ungkapnya.
Awalnya Diva terjun ke dunia model pada akhir tahun 2014, ketika itu dia ditawari untuk jadi model hunting bareng di salah satu komunitas fotografi.
Untuk pertama kalinya Diva bergaya di depan kamera dan beberapa fotonya di unggah di media sosial dan di-mention ke akun atas namanya. “Waktu itu banyak yang komentar katanya cantik dan bakat jadi model. Saya senang akhirnya saya beberapa kali ikut hunting dan juga lomba model,” katanya.
Saat pemotretan, Diva biasanya mengunakan baju kasual atau gaun. Saat melakukan pemotretan, ia mengaku tidak selalu menerima bayaran karena menurut gadis kelahiran April 2000 tersebut, hunting bareng bisa menjadi tempat latihannya untuk menjadi model profesional.
"Mama tahu kok saya jadi model, beberapa kali mama juga mendampingi saya saat pemotretan. Tapi sekarang saya enggak mau lagi. Enggak mau difoto. Egggak mau jadi model," katanya.
Cerita gadis berambut panjang tersebut tiba-tiba berhenti, kemudian ia memeluk ibunya yang duduk disampingnya beberapa detik sambil menangis dan menolak melanjutkan cerita.
Di tempat yang berbeda, Liza, ibu kandung Diva mengatakan, dirinya tidak mengetahui saat anak pertamanya tersebut di foto dalam keadaan telanjang. Padahal setiap pemotretan ia ataupun kerabatnya selalu mendampingi.
"Saat itu dia pamit keluar sama temannya. Mungkin Diva sengaja tidak kasih tahu saya karena pesannya adalah hunting modelnya terbatas. Selama ini ketika saya menemani dia, pemotretan masih wajar. Dia memang bercita cita untuk jadi model dan sebegai orang tua saya mendukungnya," ungkapnya.
Liza mengaku curiga melihat perubahan drastis yang dialami oleh anaknya. Saat itu Diva lebih suka mengurung diri di dalam kamar, dan tidak mau lagi menggunakan smartphone-nya hanya menggunakan handphone untuk menelepon dan mengirim pesan sms.
"Dia tidak mau mengggunakan internet padahal biasanya sering banget online. Terus kalau ada suara sepeda motor atau mobil di depan rumah dia langsung berlari masuk kamar," jelasnya. Karena curiga ia kemudian bertanya dan Diva bercerita kejadian yang telah menimpa dirinya.
"Waktu itu sekitar 10 hari setelah kejadian. Saya shock luar biasa apalagi beberapa foto seksi anak saya tersebar di kalangan teman temannya. Ada juga yang di situs 'gituan'. Hanya saja wajahnya tidak begitu terlihat jelas," ucapnya.
Melihat kondisi anaknya yang semakin depresi, Liza membawa anaknya ke psikolog untuk konsultasi.
"Berat badannya turun drastis, tidak mau sekolah katanya malu ketemu temannya. Akhirnya kami keluarga memutuskan Diva pindah dari Banyuwangi. Dan alhamdulilah dia sudah mulai membaik. Sudah mau sekolah dan pegang smartphone,” kata Liza.
Walaupun sudah membaik, Diva tidak mau keluar rumah sendirian dan harus diantar oleh ibu atau kerabatnya. Diva juga menolak jika difoto bahkan foto bersama dengan keluarga sekalipun menggunakan kamera handphone.
“Tapi paling tidak dia sudah berani kembali ke Banyuwangi sesekali untuk berlibur dan masih konsultasi ke psikolog," sebutnya.
Liza mengaku memilih tidak melaporkan kasus tersebut kekepolisian karena untuk melindungi anaknya, tapi secara pribadi dia dan keluarga sudah menemui fotografer yang bersangkutan.
“Saya enggak tega sama anak saya ketika diperiksa di kantor polisi. Nama dia dan masa depan dia nanti gimana kalau semua tahu. Saya temui fotografernya dan meminta file foto anak saya dan saya minta di-delete dan saya meminta untuk tidak di sebar lagi. Jika terjadi lagi baru saya laporkan ke polisi. Untungnya sampai sekarang tidak ada masalah lagi dan kami anggap masalah ini beres dan fokus pada Diva,” jelasnya.
Bukan hanya Diva, Yuyun salah satu model asal Banyuwangi yang masih berusia 17 tahun bercerita bahwa dia pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Dia pernah dirisak saat fotonya diunggah di media sosial.
"Ada yang bilang model kok item,hidungnya pesek, ketiaknya aneh atau apa gitu yang nyerang secara fisik. Awalnya sih sempat marah tapi sekarang sudah biasa," sebutnya, Selasa (18/102016).
Gadis yang bercita-cita menjadi model profesional tersebut mengaku sering dijadikan model saat hunting bersama.
"Kalau saya kan belum ada pengalaman jadi enggak dibayar. Biasanya saya minta file-ya untuk diunggah di medsos. Kadang kadang fotografernya yang tag foto saya. Bangga sih apalagi kalau ada yang komen cantik," jelasnya sambil tersenyum.
Dia mengaku selama menjadi model pemula dia tidak pernah diilecehkan secara fisik.
“Paling ada yang kirim pesan. Kenalan atau minta yang aneh aneh tapi saya jarang nanggapin. Orang iseng," ucapnya.
Sementara itu Manggih Bumi Bagus, salah satu fotografer di Banyuwangi mengaku sering mengadakan hunting bareng dengan beberapa fotografer di komunitas dan melibatkan model-model yang masih rekan-rekannya sendiri.
"Mereka tidak dibayar. Karena mereka juga mengasah kemampuan jadi model karena biasanya masih baru-baru. Ada yang masih sekolah SMP atau SMA," jelasnya.
Untuk pakaian yang digunakan, lelaki yang akrab dipanggil Bagus tersebut mempersilakan modelnya untuk membawa kostum sendiri asalkan sesuai dengan tema yang ditentukan. "Biasanya mereka minta filenya dan kami akan berikan," jelasnya.
Namun Bagus tidak menampik jika ada beberapa rekannya ada yang memotret model perempuan yang masih bersekolah dengan pakaian seksi bahkan telanjang.
"Saya sempat dengar dan sempat diajak juga.Tapi kalau saya sendiri tidak mau apalagi kalau mereka masih sekolah walaupun saya dibayar tetap nolak. Kedepannya nggak baik kalau orang tuanya enggak terima bisa ribet. Mending foto prewed. Kalau untuk model paling ya hanya baju kasual seperti celana pendek atau kaos enggak sampai terbuka-terbuka yang berlebihan," jelasnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Budi setyo Alam, ketua komunitas fotografer AOS Banyuwangi menyebutkan, komunitasnya melakukan sosialisasi terkait dunia fotografi di sekolah-sekolah di program "AOS go to school".
Lelaki lajang tersebut mengatakan kegiatan tersebut bukan hanya sekedar mengajarkan tekhnik teknik fotografi ke para siswa tapi juga etika termasuk apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat pemotretan.
"Di kalangan pelajar yang namanya fotografer masih dianggap ya hanya motret model. Padahal masih banyak obyek lain seperti produk, human interest, landscape atau pemandangan termasuk juga foto macro," jelasnya.
Bahkan saat pelatihan tersebut tidak jarang para siswa yang minta difoto dan menyatakan diri ingin menjadi model.
"Saat itulah kami memberikan pembekalan dan pengertian kepada mereka termasuk anggota komunitas kami. Untuk para siswa kami selalu megatakan jangan pernah telanjang di depan kamera. Minimal dengan informasi tersebut mereka bisa membentengi diri," katanya.
Selain itu di grup FB Komunitas Aos, juga ada filter untuk foto-foto yang diunggah oleh pengikut grup. "Filter ini dilakukan agar jangan sampai ada foto-foto yang tidak layak dilihat masyarakat umum karena banyak anak anak sekolah yang menjadi anggota grup kami," ujar dia.
Fenomena model usia anak yang mengalami pelecehan sudah menjadi rahasia umum termasuk juga penyalahgunaan foto. Hal tersebut diungkapkan Betty Kumala Febriawati, psikolog klinis di RSUD Blambangan Banyuwangi, Kamis (20/10/2016).
Menurut dia, ketika para model yang usianya masih belum dewasa masih mencari jati diri dan butuh pengakuan serta masih belum bisa bertanggung jawab atas keputusan yang mereka ambil.
"Usia usia puber itu mereka masih menunjukkan ini lo aku. Dan mereka melakukan sesuatu hanya karena suka, tidak melihat kedepan. Kalau kategori usia dikatakan dewasa sekitar 22 tahun ketika mereka sudah bertanggung jawab dengan perilakunya," jelas Betty.
Apalagi menurutnya, pengaruh lingkungan dan tayangan televisi serta internet mempunyai andil besar dengan gaya hidup anak anak dan remaja saat ini. "Sekarang siapa yang tidak tertarik melihat artis-artis atau model-model yang ada di televisi. Banyak uang dan terkenal. Bisa jadi hal tersebut menjadi pemicu anak anak untuk melakukan berbagai macam cara agar sama dengan mereka," jelasnya.
Tetapi bahaya besar yang mengancam untuk model model yang berusia anak, menurut Betty, bukan hanya pelecehan tapi juga memancing para pedofil untuk keluar.
"Di luar sana monster-monster paedofil sedang mengintai anak-anak kita dan itu yang jarang di sadari oleh kita orang tua. Memang keliatannya lucu, cantik saat di foto tapi saat diunggah kita tidak pernah tahu siapa yang akan mengunduh foto itu dan bisa jadi akan disalahgunakan. Bisa untuk prostitusi dan trafficking. Apalagi jika data alamat rumah dan sekolah jelas. Itu sangat rawan sekali," jelasnya.
Awalnya mungkin hanya dilihat, tapi menurut Betty, tidak menutup kemungkinan paedofil mempunyai keinginan untuk memiliki. “Dan itu sangat bahaya sekali untuk anak-anak kita,” tegasnya.
Ia menjelaskan, jika anak-anak yang mengalami pelecehan dan pencabulan bisa mengalami post syndrome traumatic disorder atau gangguan stress pasca trauma termasuk mereka para model pemula yang usianya masih di bawah umur.
"Jika tidak ditangani secara intens, korban bisa jadi menyakiti dirinya sendiri bahkan hingga bisa bunuh diri," jelasnya.
Perempuan berhijab ini juga menekankan tidak masalah jika anak anak bercita cita menjadi model asalkan mereka diberi pembekalan untuk bisa jaga diri dan bisa membedakan mana yang benar dan salah serta didampingi oleh orang tua atau kerabat yang sudah dewasa.
"Tapi yang terpenting adalah jangan pernah telanjang di depan kamera apapun itu alasannya. Mereka harus berani menolak," jelasnya.
Untuk mengantisipasi pelecehan dan bahaya paedofilia, menurut Betty, semuanya harus mengambil peran mulai dan keluarga hingga negara.
"Orang tua dan lingkungan harus ikut mengawasi termasuk tidak terlalu masif mengunggah foto anak-anak kita di internet. Fotografer juga harus mengetahui tentang hak-hak anak serta memahami jika anak-anak dilindungi oleh undang-undang dan jika dilanggar maka akan ada hukuman yang berlaku untuk mereka," katanya.
Penulis : Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati