News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Panglima TNI Tunggu Perintah Presiden Joko Widodo

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo bersama Wapres JK serta Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin, Menkopolhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Panjaitan, dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menghadiri aski Bela Islam III di lapangan Monas, Jakarta, Jumat (2/12/2016). Aksi ini mendesak pemerintah melakukan penahanan kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) karena diduga melakukan penistaan agama. Aksi ini diisi dengan dzikir, doa bersama, dan shalat Jumat berjamaah. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan bahwa tidak perlu ada klausul "TNI" dalam revisi Undang-undang Antiterorisme yang saat ini sedang digodok oleh DPR.

Panglima mengatakan itu jika banyak orang yang mempermasalahkannya.

Keterlibatan TNI di dalam pemberantasan teroris, kata dia, tetap menunggu instruksi dari presiden.

“Begitu Presiden katakan siap lakukan panglima, saya akan lakukan. Itu jadi UU bagi saya,” tegas Gatot saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (6/12/2016).

Dia menjelaskan saat ini terorisme tidak cukup hanya dipandang sebagai sebuah pelanggaran tindakan pidana, melainkan sebagai sebuah kejahatan terhadap negara.

Sehingga Pansus Rancangan Undang-Undang Antiterorisme diharap dapat memberikan perhatian terhadap definisi teroris di dalam UU yang sedang dibahas.

“Saya pernah bicara dengan pansus, definisi teroris adalah kejahatan negara. Apalagi melihat dari latar belakang pergerakan teroris di seluruh dunia, seperti Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS), saat ini berubah dari ideologi menjadi energi," jelasnya.

Hal itu tentunya perlu mendapatkan perhatian serius oleh Indonesia, lantaran sumber daya alam yang dimiliki cukup besar.

Selain itu, Gatot menjelaskan ada informasi bahwa kawasan Filipina selatan yang dekat dengan perbatasan Indonesia, akan menjadi basis pergerakan ISIS di Asia Tenggara.

“Saya sudah 6 bulan lebih berteriak tentang ini, dan syukur Alhamdulilah Presiden Duterte pada 14 November lalu menyampaikan benar bahwa ISIS menjadikan Filipina selatan sebagai basis di Asia Tenggara. Dan Presiden Duterte akan mengabaikan HAM untuk melindungi rakyatnya,” kata Gatot.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini