Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyaknya anak muda yang direkrut bergabung kelompok islam radikal dianggap sebagai bentuk kegagalan pemerintah.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj mengatakan melihat pemerintah gagap membangun perlawanan mencegah paham radikal.
"PBNU melihat pemerintah gagap membangun 'counter narative' sehingga radikalisme dapat tumbuh subur di dunia," ujar Said Aqil Siraj, di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (30/12/2016).
Akibatnya redikalisme bisa marak di dunia maya, bahkan melalui dunia maya tersebut anak-anak muda bisa direkrut ke masuk dalam jaringan Islam radikal.
Penyebaran materi-materi berbau radikal yang dengan mudahnya disebar dan sampai ke masyarakat, telah memberangus materi-materi yang mengusung toleransi dan moderatisme di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut Said Aqil Siraj mengatakan peristiwa itu berlangsung setiap hari.
"PBNU mengimbau kepada netizen untuk bijak dan arif dalam menggunakan media sosial sebagai arena berbagi ilmu dan kebaikan, bukan wahana penyebaran fitnah dan kontes permusuhan," ujarnya.
PBNU mengimbau masyarakat dunia maya agar memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan toleransi dan perdamaian.
PBNU melihat upaya dari kelompok tertentu untuk meruntuhkan NKRI.
Dibutuhkan ketegasan pemerintah untuk menindak kelompok-kelompok tersebut, demi utuhnya bangsa Indonesia, jika tidak ditindak maka negara dipastikan akan kalah.
Dalam wawancara kepada sejumlah wartawan usai pembacaaan refleksi akhir tahun, Said Aqil Siraj mengatakan jangan sampai kelompok radikal jumlahnya terus membesar.
Semua pihak harus bisa menjaga bangsa Indonesia.