TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bekas Ketua DPD RI Irman Gusman mengaku khilaf dan tidak hati-hati sehingga terjerat kasus dugaan suap distribusi gula impor.
Dalam nota pembelaan atau pleidoi yang dibacakan hari ini, Irman Gusman mengatakan dirinya lupa mengecek isi bingkisan dari istri Direktur Utama Xaveriandy Sutanto, Memi yang mengunjungi rumahnya beberapa waktu lalu.
"Seharusnya saya menanyakan atau memeriksa isi dari bungkusan tersebut, sehingga kalau saya mengetahui bahwa isinya adalah uang, tentu akan saya tolak dan mengembalikannya kepada yang bersangkutan. Tapi di situlah ketidakhati-hatian atau kekhilafan saya," kata Irman Gusman di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (8/2/2017).
Irman Gusman beralasan kondisi fisik dan pikirannya lelah karena serangkaian kegiatan dan belum istirahat.
Apalagi, kata Irman Gusman lembaga yang dipimpinnya sedang mengalami masalah internal terkait perbedaan pandangan masa jabatan pimpinan DPD RI.
Irman Gusman mengungkapkan dirinya baru mengetahui isi bungkusan tersebut adalah uang usai kedatangan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi ke rumahnya.
Irman menegaskan dirinya sama sekali tidak menyalahgunakan wewenang atau pengaruhnya.
Bekas senator asal Sumatera Barat itu mengatakan DPD RI hanya memiliki kewenangan konstitusional yang terbatas.
Irman pada persidangan sebelumnya dituntut Jaksa Penuntut Umum pidana tujuh tahun penjara dan denda sebesar Rp 200 juta subsider 5 bulan kurungan.
Irman dinilai terbukti menerima suap Rp 100 juta dari Direktur CV Semesta Berjaya Xaveriandy Sutanto dan istrinya, Memi.
Jaksa juga menuntut agar hakim mencabut hak politik Irman Gusman selama tiga tahun.
Selain pidana penjara, Jaksa juga meminta agar majelis hakim mencabut hak politik Irman Gusman selama tiga tahun.
Irman diduga menggunakan pengaruhnya untuk mengatur pemberian kuota gula impor dari Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik kepada CV Semesta Berjaya.