TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolda Banten Brigadir Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengerahkan intel dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat untuk menjaga keluarga Siti Aisyah (25), terduga pembunuh Kim Jong Nam, kakak pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Listyo merasa perlu memonitor keluarga Siti Aisyah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan menerpa mereka.
Baca: Rumah Orangtua Siti Aisyah Dijaga Polisi
Aisyah ditangkap berdasarkan rekaman CCTV Bandara Internasional Kuala Lumpur pada Rabu (15/2/2017). Aisyah ditangkap bersama wanita pemegang paspor Vietnam bernama Doan Thi Huong.
"Kita tempatkan personel mengikuti perkembangan dari keluarga. Kita turunkan intel sama Bhabinkamtibmas," ujar Listyo saat dihubungi, Minggu (19/2/2017).
Listyo mengatakan, keluarga Aisyah syok begitu mendengar anaknya ditangkap. Selama ini, keluarga hanya tahu Aisyah bekerja sebagai pencari bakat di Malaysia. Terakhir kali, Aisyah bertemu keluarga saat Imlek.
"Ya pokoknya bertemu terakhir sama keluarga pas Imlek kemarin. Kalau dari keluarganya sih begitu, anaknya jadi korban," ujar Listyo.
Polisi Malaysia menangkap tersangka pembunuhan pada Jumat (17/2/2017) malam. Tersangka, merupakan pria warga Korea Utara bernama Ri Jong Chol (46).
Sebelum ini, Kepolisian Malaysia menangkap tiga tersangka terkait kasus pembunuhan Kim Jong Nam.
Ketiganya adalah perempuan pemegang paspor Vietnam bernama Doan Thi Huong (28), perempuan pemegang paspor Indonesia bernama Siti Aisyah (25), dan pria Malaysia, Muhammad Farid bin Jalaluddin (26).
Berarti sudah ada empat tersangka yang ditahan polisi. Menurut sumber Pemerintah Malaysia, ada tiga tersangka lain yang tengah diburu.
Kim Jong Nam tewas, diduga karena semprotan racun saat menunggu penerbangan menuju Makau di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Senin (13/2/2017).
Kim Jong Nam sempat meminta pertolongan ke bagian informasi dan dibawa ke rumah sakit. Tapi, dalam perjalanan menuju rumah sakit, Kim Jong Nam meninggal. Kim Jong Nam adalah saudara tiri Pemimpin Korut Kim Jong Un.
Selama tinggal di luar negeri, Kim Jong Nam kerap mengkritik dan menentang kendali dinasti keluarganya di Korea Utara.