TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto memberikan sambutan saat acara ulang tahun ke-68 Agung Laksono.
Acara tersebut berlangsung di kediaman Agung Laksono, Polonia, Jakarta Timur, Minggu (26/3/2017).
"Pada hari ini adalah kebahagiaan senior saya dan tokoh politik saya bapak Agung Laksono ini kebahagiaan buat keluarga dan keluarga besar Partai Golkar untuk itu kita menyampaikan selamat ultah," kata Novanto.
Novanto mengaku sejak lama mengenai Agung Laksono.
Baca: Setya Novanto Tidak Permasalahkan Keresahan Generasi Muda Golkar soal Kasus E-KTP
Baca: Setya Novanto Kembali Dilaporkan ke MKD DPR
Ia menceritakan perkenalan dengan Agung saat Mantan Ketua DPR itu menjabat Ketua PPK Kosgoro.
Lalu Agung menduduki posisi Ketua Umum Kosgoro 1957.
"Akhirnya jadi dewan pakar dan saya jadi ketum (Golkar)," kata Novanto.
Novanto melihat Agung Laksono mempunyai pengalaman yang luar biasa.
Beberapa posisi yang diduduki Agung Laksono yakni Ketua Umum HIPMI, Ketua Umum AMPI, Menkokesra, dan Ketua DPR.
Novanto menyebutkan Agung Laksono merupakan pelaku di bidang eksekutif dan legislatif.
Novanto mengaku terpilih sebagai Ketua Umum Golkar tidak terlepas dari sosok Agung Laksono.
Saat itu, Golkar terpecah dualisme kepengurusan dibawah kepemimpinan Aburizal Bakrie dan Agung Laksono.
Aburizal Bakrie menjadi Ketum Golkar versi Munas Bali.
Sementara Agung Laksono terpilih menjadi Ketua Umum Golkar versi Munas Ancol. Akhirnya, konflik Golkar terselesaikan melalui Munaslub di Bali pada tahun 2016.
Setya Novanto terpilih menjadi ketua umum di Munaslub tersebut.
"Beliau sangat sabar, tabat, punya keuletan yang luar biasa saya belajar banyak. Dan terakhir Pak Agung pernah jadi ketum partai Golkar via Ancol. Karena dari via Ancol, saya bisa jadi ketum Partai Golkar. Kalau tidak ada Ancol saya tidak jadi Ketum Golkar dan alhamdulillah sekarang sudah sama-sama. Pak Agung paling rajin ke daerah sama saya," papar Novanto.
Selain itu, Novanto juga menyinggung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang ikut menghadiri acara tersebut.
Ia meminta tamu undangan yang hadir agar tidak salah pilih.
"Kalau nanti nusuk (di surat suara) namanya bukan Ahok tapi Basuki Tjahaja. Kalau di daerah-daerah berusaha menjelek-jelekkan Ahok itu tidak benar," kata Novanto.