TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali curhat di hadapan khalayak luas.
Kali ini, ia curhat soal kabar hoax yang katanya kerap menyerangnya.
Curhatan itu ia sampaikan dalam puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) dan Hari Ulang Tahun ke-71 PWI Jatim di di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (29/3/2017).
Dari tayangan berita KOMPAS Pagi di KOMPAS TV yang kemudian diunggah di YouTube, Rabu (29/3/2017), SBY tampak panjang lebar mencurahkan isi hatinya.
Dalam pidatonya, SBY menyatakan sangat lelah menghadapi berita hoax yang membenturkan dirinya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya dan keluarga tentu bersedih. Namun saya cepat sadar bahwa yang ini pun juga bagian dari perjalanan hidup saya yang harus saya terima apa adanya," kata SBY dalam pidatonya.
Meski begitu, ia juga mengatakan kalau itu semua merupakan ujian dan takdir yang harus ia hadapi.
"Itu juga merupakan takdir dari Allah SWT yang harus senantiasa saya syukuri. Saya yakini ini cara Allah yang tak putus menguji dan menyempurnakan kepribadian saya sebagai manusia," tambahnya.
Ia juga mengatakan kalau saat ini pers di Indonesia tengah mengalami ujian.
Hal itu terlihat dari banyaknya berita hoax beredar dimana-mana dn parahnya lagi bisa mempengaruhi orang-orang.
"Komunitas bapak dan ibu (pers) sekarang ini tengah menghadapi ujian dan tantangan sejarah," tuturnya.
Sebelumnya, SBY pun pernah curhat di depan khalayak soal dirinya yang menjadi korban ujaran tidak menyenangkan lewat media sosial.
Hal itu ia sampaikan dalam pidato politik di Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Dies Natalis ke-15 Partai Demokrat di JCC, Senayan, Jakarta Selatan.
Dikutip dari Tribunnews.com, Ia menyatakan dalam beberapa waktu terakhir media sosial menjadi sorotan masyarakat Indonesia yang ikut mempengaruhi kontestasi politik nasional.
SBY sebagai pengguna media sosial menyatakan berkali-kali menjadi korban ujaran tak menyenangkan di dunia maya.
"Kalau ada pernyataan yang tak menyenangkan langsung dilibas oleh 'invisible group' yang bekerja bagai mesin penghancur. Dan saya ikut menjadi korban," ujarnya.
Ia pun mengatakan nilai-nilai kesantunan yang diajarkan di bangku sekolah seperti tidak nampak dalam ujaran tidak menyenangkan yang ditujukan kepadanya.
"Bahkan kata-kata yang digunakan tidak bisa saya ucapkan di sini karena bisa merusak jiwa yang mendengarkan. Atau mungkin nilai kesantunan kita sudah masuk museum yang jarang dikunjungi," tegasnya.
SBY sendiri mendukung upaya pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk menertibkan lalu lintas percakapan di media sosial.
"Yang penting penertiban harus berlangsung sesuai aturan bisa dipertanggungjawabkan, tidak tebang pilih, dan tidak kelewat batas," ungkapnya.
Penulis: Yudhi Maulana Aditama