Selanjutnya, Zainal Anshori menyerahkan dua dari pistop itu ke kelompok Bom Thamrin, Afif cs. Tiga pistol sisanya diduga disembunyikan Zainal Anshori. "Saat penangkapan Zainal Anshori tidak ditemukan senpinya. Tiga senpi lainnya masih kami cari," ungkap Martinus.
Zainal Anshori juga diduga yang memberikan kontak kepada Nanang Kosim (tewas dalam penangkapan di Cilegon) dan Andi Baso (tersangka bom gereja di Samarinda) untuk menjemput 17 pucuk M16 dan 1 pucuk M14 yang lebih dulu dibeli oleh Abu Ridho dari kelompok di Filipina Selatan. Penjemputan 18 senjata api dilakukan Nanang Kosim dan Andi Baso di perbatasan Nunukan, Kalimatan Utara.
Zainal Anshori juga diduga yang memerintahkan kepada Romli untuk melalukan survei pada pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan di Lamongan, untuk membuka jalur masuknya senjata api yang dibeli oleh Abu Ridho.
Diduga Zainal Anshori lah otak dari perencanaan serangan ke salah satu polsek di Lamongan dengan empat senjata laras pendek yang masih dikuasai oleh kelompoknya.
Adapun dugaan keterlibatan AB (20), yakni diduga mengetahui rencana penyerangan ke polsek di Lamongan.
Zaenal Hasan (36) yang kesehariannya menjadi nelayan ditangkap karena
bersama-sama Zaenal Hasan dan Nurul Hakim bertransaksi mengambil lima pucuk pistol di Sangihe Talaud, Sulawesi Utara, pada Desember 2015.
Polri pernah melansir, sejumlah aksi teror di Indonesia beberapa tahun terakhir dilakukan oleh anggota JAD yang telah berafiliasi dengan kelompok teror ISIS. Anggota kelompok tersebut telah melakukan pertemuan JAD se-Indonesia, di Batu, Malang, pada 21 hingga 25 November 2015.
Dalam pertemuan itu, terjadi telewicara antara JAD se Indonesia dengan Aman Abdurahman yang mendekam di Lapas Nusakambangan.
Aman Abdurahman sempat memberikan beberapa instruksi kepada para anggota JAD, yakni berangkat dan mengirim orang ke Suriah hingga membentuk struktur organisasi di Indonesia untuk melakukan amaliyah.
Dari penangkapan Nanang Kosim di Cilegon Banten dan Suryadi Ma'sud alias Abu Ridho di Cikarang Bekasi pada 23 Maret 2017 lalu, terungkap mereka hendak menjadikan Halmahera, Maluku Utara, sebagai basis tempat pelatihan paramiliter untuk JAD pengganti Poso, Sulawesi Tengah.