Ia mencoba bernegosiasi, tapi keadaan tidak serta merta membaik.
Justru sebaliknya, Hermawan semakin kalap dan terus menodongkan pisau ke leher Risma.
Risma hanya bisa terdiam dan ketakutan, sambil memeluk putranya.
Sunaryanto mencoba menenangkan pelaku agar tidak melukai korban, namun dibalas dengan cacian.
"Polisi t** lu," maki Hermawan.
Sunaryanto berusaha bersabar dan mencoba mencari celah dan menunggu kelengahan pelaku.
Sebab, sangat sulit bertindak dalam keadaan seperti itu, seperti buah simalakama.
Jika dia gegabah, Risma atau anaknya bisa menjadi korban.
Jika tak segera bertindak, maka juga bisa mendatangkan risiko yang sama.
Di saat itu, pelaku berteriak dan menyuruh sopir untuk segera pergi.
Sempat kesal, penodong menekankan pisau ke leher Risma hingga terluka.
Suasana pun makin tegang dan warga ketakutan.
"Jangan....jangan...jangan!" cegah warga saat melihat pelaku hendak menusuk leher Risma.
Suharyanto mencoba mengajak pelaku berkomunikasi dan bernegosiasi cukup lama.