TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasca Jaksa KPK mengungkap peranan politisi Senayan dalam kasus dugaan korupsi e-KTP, politikus Partai Hanura Miryam S Haryani seakan lenyap dari gedung DPR RI.
Padahal, anggota Komisi V DPR ini sebelumnya tergolong aktif mengikuti rapat. Terlebih kini setelah ditetapkan sebagai tersangka sejak 5 April lalu, ruang kerja Miryam di DPR setiap hari terkunci rapat.
Ruangan Miryam terletak di sudut lorong lantai 16 berhadapan dengan ruang Rufinus Hutahuruk. Terdapat papan berlambang Hanura terpasang di dinding ruangan. Staf Miryam juga tidak terlihat.
Papan nama yang biasa tertempel di pintu berwarna cokelat itu sudah tidak terlihat. Tribunnews mencoba membuka ruangan Miryam, namun tetap tak bisa dibuka.
Isi ruangan politikus Hanura tak bisa diintip. Apalagi tak ada jendela atau kaca untuk dinding. "Staff Bu Miryam tidak ada yang bertugas," kata petugas keamanan yang ditemui Tribunnews.com, Rabu (12/4).
Petugas tersebut sempat membuka daftar absen. Miryam sudah tidak hadir ke DPR lebih dari sepekan. Petugas tersebut mengatakan Miryam merupakan sosok yang ramah.
Apalagi Miryam hanya satu-satunya politikus perempuan yang berasal dari Hanura. "Ibu suka ngemil. Kalau siang pasti pesan makan sama Gojek. Lalu ajak kita makan bareng," kata petugas menceritakan kebiasaan Miryam.
Ruangan Miryam juga sering didatangi perempuan yang tergabung dalam Srikandi Hanura. Mereka sering menggelar rapat terkait pemenangan Ahok-Djarot di Pilkada DKI.
Miryam juga diketahui lenyap dari kegiatan tim sukses pemenangan Ahok-Djarot dan tercatat sebagai juru bicara.
Padahal, sebelumnya Miryam sangat aktif berkampanye ke kampung-kampung bersama Gadis Ahok, komunitas yang dibentuknya.
Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari menceritakan, Miryam langsung tidak aktif di Whatsapp grup Ahok-Djarot saat namanya terseret e-KTP. Meskipun, Miryam tidak keluar dari grup tersebut.
Eva juga berstatus timses pasangan itu. "Enggak ada obrolan ,mungkin stress ya no respon aja," kata Eva. Sikap Miryam berimbas pada kegiatan Gadis Ahok di Pilkada DKI Jakarta.
Sebelum namanya tersangkut kasus megakorupsi, Miryam sangat aktif di Whatsapp grup Ahok -Djarot.
Jaringan perempuan yang dimiliki Miryam, membuat organisasi Srikandi Hanura terlibat blusukan di wilayah ibukota.
"Kita ada WA grup itu intensif, seperti pemeriksaan pap smear gratis, aku tawarkan, dia (Miryam) bilang aku saja. Aku bisa datengin 300 orang," kata Eva.
Aktifnya Miryam di WA grup terhenti saat namanya terseret dalam kasus e-KTP. "Saat meledak enggak aktif, mungkin dia konsentrasi (kasus), kareba mengurus lapangan (kampanye harus intensif," ujar Miryam.
Selain itu, Miryam tidak pernah bercerita mengenai kasus yang membelitnya saat rapat-rapat Fraksi Hanura. Ketua DPP Hanura Rufinus Hutauruk terakhir bertemu Miryam saat rapat fraksi mengenai RUU Penyelenggara Pemilu.
"Belum pernah bercerita. Karena haram hukumnya buat saya menjemput bola seseorang yang mengalami hal-hal, lalu saya bertanya," kata Rufinus.
"Bu Miryam tidak pernah bercerita padahal saya lawyer selama 50 tahun," tambah Rufinus.
Sedangkan Sekretaris Fraksi Hanura Dadang Rusdiana enggan berkomentar mengenai hal tersebut. "No comment dulu," kata Dadang. (tribunnews/ferdinand waskita)