TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyayangkan massa yang menolak kedatangannya dapat memasuki area Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (13/5/2017).
Saat itu, sejumlah massa merangsek ke bandara karena menolak kehadiran Fahri di Manado.
Fahri mengatakan, demonstrasi menentang dirinya boleh saja tetapi jangan sampai masuk bandara.
"Airport sebaiknya jangan sampai kemasukan seperti itu, sebab ada komunitas auditnya sendiri. Kalau airport keseringan ada hewan itu radar aviation dunia waspada karena sumber bahaya penumpang dan transportasi udara," ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/5/2017).
Baca: Fahri Hamzah: Saya Sayangkan Satu, Kategori Fitnah, Menuduh Saya Antitoleransi
Selain itu, kata Fahri, bandara merupakan simbol modernitas transportasi di suatu negara.
Bahkan untuk masuk ke bandara seseorang harus melalui x-ray.
Karena itu ia merasa heran ada orang yang bisa masuk ke bandara dengan membawa parang.
Bahkan, kata dia, saat demonstrasi besar-besaran pada 1998, massa tak bisa masuk ke bandara Soekarno-Hatta.
"Yang penting jangan ganggu airport, kita bisa kena tegur gara-gara airport kebobolan demonstran. 1998 aja demo besar airport tak boleh disentuh. Makanya orang berlindung di airport," lanjut dia.
Baca: Fahri Hamzah: Darimana Metro TV Mengarang Berita Saya Mau Lantik FPI di Bitung?
Sebelumnya, sejumlah elemen masyarakat mendatangi Bandara Sam Ratulangi Manado, Sabtu kemarin.
Mereka menolak kedatangan Fahri Hamzah yang dijadwalkan tiba pada sekitar pukul 10.20 Wita.
Penolakan kedatangan Fahri itu mulai diserukan sejak Jumat lalu melalui media sosial. Fahri yang dikonfirmasi kemudian enggan berkomentar banyak.
Dia hanya menekankan bahwa sebuah dialog penting untuk dibangun.
Fahri akhirnya hanya beberapa jam di Manado. Ketika sempat keluar dari bandara, dia hanya berkunjung sebentar ke Kantor Gubernur Sulawesi Utara.
Fahri berhasil keluar dari kantor gubernur yang sudah diserbu massa karena melewati pintu belakang dengan menggunakan mobil polisi.
Seharusnya Fahri menghadiri diskusi publik yang akan digelar di salah satu restoran. Namun rencana itu dibatalkan dan dia pulang sore hari itu juga.
Penulis: Rakhmat Nur Hakim