News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Teroris Siber

Mungkinkah Jejaring Teroris Manfaatkan Ransomware untuk Tebar Ketakutan? Ini Analisis Police Watch

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyampaikan keterangan pers terkait upaya penanganan serangan dan antisipasi Malware Ransomware WannaCry di Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Minggu (14/5). Menurut Rudiantara, Kementerian Kominfo dan Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (Id-SIRTII) berupaya menangani serangan malware tersebut, agar dampaknya tak lebih parah. (Harian Warta Kota/Henry Lopulalan)

‎Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polri diminta segera memperkuat Direktorat Cyber Crime-nya untuk mengantisipasi penyebaran virus ransomware WannaCry agar tidak meluas menjadi tren kejahatan baru yang digunakan orang tidak bertanggungjawab untuk mencapai keuntungan pribadi maupun kelompoknya.

Menurut Neta S Pane, Ketua Presidium Indo Police Watch, jika WannaCry tidak segera diantisipasi Polri dengan kekuatan penuh diprediksi masyarakat akan repot tersandera para pelaku kejahatan WannaCry.

"IPW berharap Polri bisa bekerja cepat untuk mengikuti perkembangan tren WannaCry. Apalagi sejumlah pihak di Indonesia sudah menjadi korban penyanderaan. Sehingga bukan mustahil dalam waktu cepat WannaCry menjadi modus baru yang dilakukan para pelaku kejahatan, seperti teroris, pelaku pemerasan, penyanderaan, aksi pengusaha hitam maupun persaingan bisnis," ungkap Neta, Selasa (16/5/2017).

Menurut Neta, dengan adanya virus Ransomware WannaCry, para teroris tidak perlu lagi melakukan penyerbuan dan penyanderaan langsung ke sasarannya, untuk meminta polisi segera membebaskan teman temannya yang ditahan.

Melainkan mereka cukup menyerang jaringan komputer pemerintah atau perusahaan besar, untuk kemudian melakukan penyanderaan secara cyber dan bernegosiasi di dunia maya agar teman temannya segera dibebaskan polisi.

Lebih dari itu bukan mustahil mereka kembangkan menjadi cyberterorisme, baik untuk membebaskan teman-temannya yang ditahan polisi mapun untuk melakukan pemerasan dalam rangka pencarian dana, dengan demikian para teroris tidak perlu lagi melakukan aksi-aksi perampokan toko emas untuk mengumpulkan dana.

"Bagi Indonesia ini sebuah tren yang berbahaya dan menakutkan sehingga perlu diantisipasi dengan cepat karena potensi radikalisme dan terorisme di negeri ini sangat tinggi. Polri lewat Direktorat Cybercrimenya harus berada di garda terdepan mengantisipasi tren WannaCry," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini