TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN -- Aparat TNI dan Polri memburu dua warga negara Indonesia (WNI) yang diduga bergabung dengan kelompok militan teroris Maute pendukung ISIS (Islam Irak dan Suriah) di Marawi, Filipina.
Komandan Pangkalan TNI AL Nunukan Letkol Laut (P) Ari Aryono mengaku telah koordinasi dengan pihak Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan untuk mencari keberadaan dua WNI tersebut.
"Senin (29/5/2017) lalu kami menerima informasi dari LO TNI AL di Filipina bahwa ditemukan dua paspor WNI saat operasi militer di salah satu rumah lokasi konflik," ujarnya, Selasa (6/6/2017).
Mendapatkan informasi tersebut, pihaknya langsung koordinasi dengan Imigrasi Nunukan. Hasil koordinasi dengan Imigrasi diketahui dua parpor tersebut milik warga Tasikmalaya, Jawa Barat. Keduanya terdata menuju Filipina pada 15 November 2016, dan keduanya dijadwalkan kembali ke Indonesia pada 23 Desember 2016.
Namun, sampai sekarang belum ada catatan kepulangannya di Imigrasi. "Kami belum tahu, apakah mereka ikut Maute atau tidak? Masih terus kami cari," kata Letkol Ari.
Paspor dua WNI itu ditemukan terjatuh di salah satu bangunan wilayah konflik Marawi. Paspor masing-masing atas nama Ali Al Amin dengan nomor B2550461 dan Irsyad Ahmad Darajat dengan nomor B3034921.
"Sedang didalami, apakah pemiliknya merupakan jaringan pemberontak Maute yang berafiliasi dengan ISIS atau hanya milik warga sipil," ujarnya.
Selain kedua warga tersebut, pihaknya juga memastikan nama sembilan warga WNI yang menjadi perintis jaringan ISIS di Filipina. Mereka juga ikut dalam pertempuran bersenjata melawan militer Filipina.
Soal Ulangan Sumatif Bahasa Indonesia Kelas 8 SMP Semester 1 Kurikulum Merdeka Lengkap Kunci Jawaban
Latihan Soal & Jawaban PKN Kelas 1 SD Bab 2 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Aku Anak yang Patuh Aturan
Saat ini TNI AL bersama aparat gabungan, TNI AD, Polri dan Imigrasi siaga dan memperketat pengawasan jalur-jalur rawan di perbatasan. Tak hanya Pulau Sebatik, pengawasan juga dilakukan hingga ke Krayan dan Kecamatan Lumbis Ogong.
Ari mengatakan, gabungan aparat ini melakukan razia dan meningkatkan intensitas patroli darat maupun laut. Sekaligus melakukan bina negara bagi masyarakat perbatasan sebagai counter terrorisme. "Kami pasang foto DPO teroris dan terus melakukan sosialisasi. Kami mau efek detern buat jaringan teror. Mereka berfikir di sini ditameng ya, sehingga mereka akan berfikir ulang untuk masuk Nunukan," jelasnya.
Komandan Pos TNI AL Sungai Nyamuk, Letda Laut (P) Benu Purnomo memastikan, setiap hari melakukan kegiatan counter terrorism masuknya kelompok militan Maute di wilayah perbatasan Sebatik. Counter terrorism merupakan segala praktik, taktik atau teknik yang dilakukan oleh pemerintah, militer atau kepolisian, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama yang bertujuan untuk merespon atau mencegah aksi teror tidak terjadi.
Dia menyebutkan sweeping terhadap identitas maupun barang bawaan dilakukan terhadap semua penumpang yang masuk maupun keluar melalui pelabuhan di Pulau Sebatik. "Ini dilakukan di pintu masuk naik speedboat. Sweeping dilakukan kepada penumpang yang akan berangkat dengan naik speedboat tujuan Sebatik-Tarakan," ujarnya. (cde/noe)