TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasca-Perang Enam Hari 1967, wilayah Palestina sepenuhnya berada di bawah pendudukan Israel.
Selama setengah abad sekitar 10.200 warga Palestina meninggal, 7.101 orang terancam, dan 1.593 tempat tinggal dirampas oleh Israel.
Pengeboman, penyerangan masyarakat sipil, dan perusakan bangunan menjadi peristiwa keseharian di Tanah Palestina.
Karena itu Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyuarakan gerakan solidaritas kemanusiaan sedunia untuk mendorong mewujudkan kemerdekaan warga Palestina.
“Sudah 50 tahun rakyat Palestina meninggalkan tanah airnya, tercerabut dari tanah asalnya, sumber hidup punah, dan kedaulatan sebagai manusia pun sudah tak ada,” resah Isyana Bagoes Oka, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI di Jakarta, Kamis (8/6/2017).
“Kebijakan luar negeri Indonesia untuk Palestina harus lebih maju dari sebelumnya demi solidaritas kemanusiaan dan berakhirnya penderitaan rakyat Palestina,” tambah Isyana.
PSI menyuarakan agar pemerintah Indonesia dan pemerintah negara-negara di dunia untuk tidak melakukan pembiaran kemanusiaan dan menambah derita ketidakadilan yang tajam sekali terhadap Palestina.
Isyana menjelaskan, PSI juga sejalan dengan Amnesty International Indonesia dan Lakpesdam NU yang menjelaskan bahwa isu ini bukan hanya soal pengambilalihan tanah dan sumber daya alam warga Palestina oleh Israel saja.
Banyak pemerintah negara dunia membiarkan masuknya suplai barang-barang yang diproduksi di wilayah pendudukan Israel ke pasar mereka, bahkan membolehkan perusahaan di negara-negaranya untuk menjalankan usaha di wilayah itu.
Ini menguntungkan pendudukan yang dilakukan Israel atas Palestina.
“Karena itu, kami mendesak Israel untuk mengakhiri pendudukannya atas tanah Palestina. Agar tak ada lagi derita, darah, dan air mata mengalir di tanah Palestina,” tegas Isyana.