Laporan wartawan Tribunnews.com, Adiatmaputra Fajar Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran angka 5,4 persen sampai 6,1 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memasukan asumsi makro tersebut ke dalam Rancangan APBN 2018.
Wakil Ketua DPR Komisi XI Hafisz Tohir menilai target pemerintah terlalu tinggi.
Hafisz berpendapat untuk mencapai target minimal saja sudah sangat sulit.
"Saya enggak sependapat, itu mimpi di siang bolong," ujar Hafisz di gedung DPR RI, Rabu, (14/5/2017).
Politikus PAN itu menjelaskan untuk menaikkan satu digit 0,1 persen, butuh dana Rp 40 sampai Rp 60 triliun.
Sedangkan untuk menaikkan 1,0 persen basis poin, Hafisz mengatakan pemerintah harus mendapatkan 10 kali lipat dana mencapai Rp 600 triliun
"Uang dari mana? Setoran pajak pemerintah turun terus," kata Hafisz.
Sri Mulyani optimis negara bisa mendapatkan anggaran sebesar Rp 9300 triliun dari investasi asing.
Hal tersebut berkat investment grade dari lembaga pemeringkat yang menilai Indonesia sudah layak jadi negara investasi.
Hafisz menambahkan suasana geopolitik sedang tidak baik antar negara maju.
Karena itu Hafisz mempertanyakan investor asing darimana saja yang akan datang ke Indonesia.
"Optimis boleh kita setuju, bisa enggak menjelaskan kita tanya dulu investornya siapa dulu. Kalau Qatar jadi perang bagaimana orang mau investasi, Turki mengirimkan tentaranya ke Qatar," papar Hafisz.
"Orang enggak berani investasi karena risiko tinggi," kata Hafisz.