News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Full Day School

PBNU Menilai Full Day School Tidak Menjamin Suksesnya Pembentukan Karakter

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj bersama Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini, serta sejumlah anggota PBNU lainnya usai menggelar konferensi pers menanggapi rencana penerapan Full Day School, di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2017).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menegaskan pembentukan karakter melalui penambahan jam pelajaran sekolah bukan hal yang efektif.

Ia menyebut antara pembentukan karakter dengan penambahan jam sekolah merupakan dua hal yang berbeda.

"Pembentukan karakter dengan penambahan waktu atau jam sekolah, merupakan dua hal yang berbeda," ujar Said Aqil, di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2017).

Baca: PBNU Menolak Keras Kebijakan Mendikbud 5 Hari Sekolah, Belajar 8 Jam Sehari

Menurutnya, tidak semua karakter siswa bisa terbentuk secara sempurna melalui penambahan jam sekolah, lantaran mereka memiliki daya serap yang berbeda-beda.

"Pembentukan karakter dengan penambahan jam sekolah belum tentu matching itu, makanya bisa beda (penyerapannya pada siswa)," kata Said Aqil.

Said Aqil kembali menyatakan secara tegas bahwa pembentukan karakter tidak bsia ditentukan dengan ditambahnya jam sekolah.

"Pembentukan karakter tidak semua ada (di tiap sekolah secara) otomatis dengan menambahkan jam sekolah," tegas Said Aqil.

Pernyataan tersebut ia sampaikan usai mencermati kebijakan Mendikbud terkait wacana penerapan lima hari sekolah.

Perlu diketahui, jika program ini diterapkan, maka siswa nantinya akan mendapatkan pelajaran selama delapan jam pada setiap harinya selama lima hari dalam satu minggu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini