TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menerima tamu dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Minggu (25/6/2017).
Pertemuan tersebut dilakukan pada pukul 12:45 WIB di ruang utama Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.
Dalam pertemuan tersebut, tampak ketua GNPF MUI, Bachtiar Nasir dan Ketua Dewan Syura FPI, Habib Muchsin Alatas.
Berikut ini TribunWow.com rangkum fakta-fakta di balik pertemuan yang dilangsungkan tertutup tersebut.
(Tengok: Cuma Ada di Indonesia, Tradisi Halal Bi Halal Ternyata Bagian dari Jejak Sejarah Bangsa)
1. Nama Bachtiar sempat dicoret dari undangan
Dilansir dari Tribunnews.com, oleh karena pertemuan yang digelar tersebut, Ketua GNPF MUI, Bachtiar Nasir, akhirnya mengetahui bahwa Presiden Joko Widodo terbuka dengan umat Islam.
Ketika pertemuan tersebut berlangsung, ia mengaku bahwa ada 80 sampai 100 orang ulama dari berbagai daerah yang ditemui presiden.
(Tengok: Menguak Fakta soal Nama Ahok yang Disebut Khatib Salat Id lalu Jemaah Bubarkan Diri)
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa sebelum pertemuan yang digelar pada Minggu (25/6/2017) tersebut, ia kerap kali diundang Istana.
Namun, beberapa kali dibatalkan pula oleh pihak ketiga.
"Nama kami dimasukan, tapi beberapa kali dicoret lagi, saya pribadi merasakan dua kali (dicoret), kenapa ? tidak tahu, siapa ? saya juga tidak tahu," terangnya.
2 . Asal mula pertemuan GNPF MUI dengan Presiden
Seperti diberitakan oleh Tribunnews.com, Bachtiar menyebutkan bahwa pertemuan tersebut diinisiasi oleh pihaknya.
Ia menyebutkan bahwa pertemuan tersebut bukanlah digagas secara dadakan.
Namun, pertemuan tersebut telah digagas sejak aksi bela Islam Jilid I, Jilid II, hingga aksi 212.
Saat aksi itu digelar, pihaknya memang sudah ingin bertemu dengan presiden.
Namun, pertemuan tersebut baru dapat terlaksana pada Idulfitri tersebut.
Dalam menginisiasi pertemuan tersebut, lebih lanjut ia menjelaskan bahwa GNPF MUI berkali-kali bertemu dengan perwakilan pemerintah.
"Kami ingin sekali berdialog, dengan menjadikan dialog sebagai jalan solutif, tidak menjadikan mobilisasi masa," katanya.
3. Presiden Joko Widodo terima salam dari Habib Rizieq
Dalam pertemuan yang digelar pada Idul Fitri tersebut, Bachtiar Nasir mengutarakan uneg-uneg yang dirasakan.
Salah satu uneg-uneg yang disampaikan adalah terkait kasus yang menjerat Habib Rizieq Shihab.
Bachtiar mengatakan bahwa presiden hanya berwenang dalam tataran kebijakan dan tidak masuk ke dalam hal teknis.
Oleh karena itu, dalam pertemuan tersebut ia mengungkapkan hanya hal teknis saja yang dibicarakan.
Namun, di sela-sela pembicaraan tersebut, pihak GNPF menyampaikan salam dari Habib Rizieq untuk presiden.
"Tapi kami menyampaikan salam dari Habib Rizieq untuk presiden,' katanya.
Mendapat salam tersebut, Presiden Joko Widodo pun membalas salam tersebut dengan, "Wa'alaikumsalam."
4. GNPF MUI memberi apresiasi kepada Presiden Joko Widodo
Bachtiar Nasir memberikan apresiasi terhadap kebijakan Presiden Joko Widodo, terutama yang berkaitan dengan kerakyatan dan keumatan.
Menurutnya, kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo merupakan hal yang cukup bagus.
“Kami juga luar biasa mendapatkannya keberpihakan beliau untuk ekonomi kerakyatan adalah hal yang cukup bagus adalah bagaimana kita dengar sekian belas juta hektar tanah diperuntukkan untuk masyarakat,” ucap Bachtiar Nasir di Istana Kepresidenan Jakarta, Minggu (25/6/2017).
Ketua GNPF MUI Temui Presiden, Suasana Lebaran Cocok Nih Presiden Membuka Hati
Ia juga berharap presiden dapat konsisten dengan program-program yang dijalankannya.
“Presiden mengemban amanat yang cukup berat dan berusaha menjalankan setiap program-programnya dengan berbagai macam cara pandang, ada yang suka dan tidak suka, kemudian bagaimana Presiden juga harus konsisten dalam program yang dijalankannya dan presiden mengatakan 'saya harus berani mengambil risiko itu',” kata Bachtiar. (TribunWow.com/Galih Pangestu J)