Pria lulusan pendidikan luar biasa IKIP Yogyakarta ( kini UNY) itu menggunakan metode anak berkebutuhan khusus untuk bisa menjadi dalang.
Hal itu dilakukannya agar penampilannya tetap sempurna di depan penonton. Sebab penampilannya di atas panggung harus tak berbeda seperti dalang wayang kulit pada umumnya.
Dalam pertunjukan wayang kulit, tidak ada ungkapan kasihan atau dimaklumi lantaran dalangnya berkebutuhan khusus.
"Untuk membedakan bagian depan dan belakang wayang misalnya, saya tempel semacam tanda di pegangan wayang kulit. Jika jempol saya memegang tanda itu, berarti wayang kulit menghadap ke depan," kata Sardjono.
KOMPAS.com/Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin