Lebih ironis lagi, sebulan pertama mereka tinggal di rumah tersebut malah belum masuk listrik. Hanya bermodal lilin dan lampu semprong sebagai penerangan.
Kendati demikian hingga kini situasi di wilayah tersebut bisa dikatakan aman, pasalnya banyak penjaga malam yang bertugas melakukan patroli jaga.
Memasuki bulan kedua barulah listrik masuk. Dengan kapasitas listrik 1.300 watt, via sistem pembelian voucher membuat hidup mereka lebih baik.
Meskipun mereka tak berani bilang secara gamblang keluhan mereka terkait persoalan air, wajah Sari mengisyaratkan harapan agar PDAM segera mengaliri kawasan hunian tempat tinggal mereka.
Untuk diketahui dari pengamatan media ini, di bagian belakang rumah alias dapur. Dinding rumah yang memiliki 2 kamar tidur di dalamnya tersebut, di beberapa bagian tampak terlihat retakan kecil.
Sari mengatakan awal mereka masuk tak ada retak itu, namun seiring waktu retakan itu mulai tampak.
"Kayaknya sering mobil besar-besar lewat, itu lho mas," katanya.
Pemberitaan sebelumnya, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi saat disinggung soal air yang belum masuk ke kawasan perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) menyatakan bakal mendorong PDAM secepatnya masuk ke lokasi tersebut.
"Kalau nanti waduk Teritip sudah mulai pengisian, Balikpapan dapat tambahan 200 liter per detik. Kita juga bakal layani dari Karang Joang juga. Jadi ya secepatnya, kita dukung PDAM masuk," jelasnya.
"Untuk perumahan kebutuhan air harus terpenuhi. Pemerintah akan melengkapi fasilitas di sana. Dulu permah lakukan di RSS. Itu contoh proyek rumah murah paling berhasil. Tepat sasaran," lanjutnya.
Rizal menyebut di Balikpapan, masih memerlukan 100 ribu unit rumah. Setengah dari itu diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Dengan adanya program rumah murah dengan DP 1 persen tersebut, tentunya dapat membantu masyarakat kelas menengah ke bawah memiliki rumah sendiri di Balikpapan.
"Indikatornya (MBR) macam-macam, warga yang masih menumpang, mengontrak, rumah tak memadai, dan pendapatannya kurang," jelasnya. (*)