TRIBUNNEWS.COM, TULUNGAGUNG - Konon, tak semua orang benar-benar 'terpilih' untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji.
Banyak orang yang meski punya uang berlebih, nyatanya selalu saja ada hal yang membuatnya urung berangkat.
Sebaliknya, orang yang tak punya uang dan secara logis tak bisa menunaikan ibadah haji, nyatanya bisa berangkat.
Nah, kisah seorang kakek asal Tulungagung ini, menjadi satu contohnya.
Berikut kisah Mulyono yang dikutip dari Surya.co.id.
Mulyono (75) tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun Kebunagung, Desa Rejoagung, Kecamatan Kedungwaru.
Saat ditemui wartawan, Mulyono beristirahat di rumahnya, usai mengikuti acara pelepasan haji.
Ini Wanita-wanita Cantik yang Diangkat Jadi Staf Para Menteri Kabinet Kerja Jokowi https://t.co/lvvPUesD9h via @tribunnews
BERITA REKOMENDASI— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 26, 2017
Laki-laki sederhana ini terlihat sumringah, meski raut mukanya kelehan.
Matanya langsung berkaca-kaca, saat ditanya persiapannya berangkat ke tanah suci.
“Saya tidak menyangka bisa berangkat (haji),” ucapnya dengan suara bergetar, karena rasa haru.
Mulyono adalah petugas kebersihan Masjid Agung Al Munawwar Tulungagung, sejak 30 tahun silam.
Setiap bulan ayah tiga anak dan kakek lima cucu ini mendapat upah Rp 350.000.
Mulyono berkisah, tahun 2011 silam, sang anak mendaftarkan dirinya untuk menjalankan ibadah haji.
Setiap bulan Muyono harus mengangsur pembayaran sebesar Rp 500.000.
Seluruh uang hasil jerih payahnya membersihkan masjid digunakan semua untuk membayar angsuran.
“Begitu saya niat berangkat haji, banyak jamaah yang memberi infaq kepada saya. Hasilnya dikumpulkan untuk angsuran. Kalau ada sisa dipakai untuk keperluan,” ujar Mulyono.
Mulyono mengenang, dirinya pernah beberapa kali pengajian ke rumah orang yang baru pulang dari ibadah haji.
Ketika itu dirinya mempunyai keinginan untuk bisa ke tanah suci.
Setelah enam tahun mengangsur, kini Mulyono menjadi salah satu Calon Jamaah Haji (CJH) asal Tulungagung yang berangkat.
Kini Mulyono fokus menjaga kondisi fisik. Setiap hari Mulyono berjalan mengelilingi luar Stadion Rejoagung Tulungagung, sebanyak empat kali.
Kadang pagi hari Mulyono berangkat ke Masjid Agung Al Munawwar yang berjarak sekitar 6 kilometer dengan berjalan kaki.
“Sebelum daftar, ayah saya ini sempat “curhat", apakah bisa berangkat haji dengan gaji segitu. Saya bilang, kalau Allah menghendaki pasti bisa,” ucap Lilik Mulyani (29), anak ke-3 Mulyono.
Lilik pula yang mencarikan informasi pendaftaran haji yang dianggap terjangkau.
Lalu Lilik mendapat informasi program dana talangan haji, yang dikeluarkan sebuah bank syariah.
Pihak bank kemudian memesan kursi untuk Mulyono, senilai Rp 25 juta.
Untuk pendaftaran awal, Mulyono membayar Rp 2.500.000.
Dana talangan Rp 25 juta itulah yang harus diangsur Mulyono selama enam tahun.
Dari jadwal tunggu, seharusnya Mulyono berangkat pada 2021 mendatang.
“Bahkan waktu tunggunya sempat mundur hingga 2024. Terus saya dua tahun lalu diberi tahu soal pengajuan calon jamaah yang lansia. Kebetulan Juni kemarin bapak sudah berusia 75 tahun,” ungkap Lilik.
Menurut Lilik, jalan ayahnya menuju tanah suci mendapatkan kemudahan.
Setelah melakukan pelunasan pada Bulan Juni, ada pemberitahuan Mulyono lolos dan akan diberangkatkan tahun ini.
Setelah dicek di Kantor Kementerian Agama Tulungagung, nama Mulyono memang tercantum.
Mulyono diminta melakukan pelunasan, sebesar Rp 11 juta. Lilik menegaskan, semua biaya yang diperlukan berasal dari hasil jerih payah ayahnya.
Terutama dari infaq jamaah yang tergerak hatinya, setelah tahu Mulyono akan berangkat haji.
Sebelumnya Mulyono sempat mengeluhkan sakit, karena sebelumnya menjadi perokok berat.
Jantungnya juga bermasalah.
Namun setelah cek kesehatan, Mulyono dinyatakan sehat.
“Di KBIH tempat ayah saya ini ada tujuh orang lansia. Ayah saya satu-satunya yang tidak memerlukan pendamping,” tutur Lilik.
Kini tugas membersihkan Masjid Agung Al Munawwar sudah didelegasikan ke menantunya, Suyono.
Sementara Mulyono terus bersiap, menunggu keberangkatannya ke tanah suci.... (Surya.co.id/David Yohannes)