TRIBUNNEWS.COM – Penandatangan Power Purchase Agreement (PPA) Energi Baru Terbarukan (EBT) antara PLN dengan Independent Power Producer (IPP) telah disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.
Penandatanganan ini berlangsung di Hotel Mulia, Jakarta (2/8).
Total kapasitas pembangkit pada penandatanganan PPA sebesar 415,75 MW, yang tersebar di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara.
Proses penyediaan ini telah dimulai tahun lalu, dimana harga sudah disepakati dan disetujui oleh Menteri ESDM.
Dalam sambutannya Menteri ESDM Ignasius Jonan menekankan pentingnya pemanfaatan EBT yang optimal. “BPP tolong dijaga agar tetap rendah jadi masyarakat bisa mendapatkan akses listrik dengan harga terjangkau”.
Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Pengadaan Strategis 1 PLN Nicke Widyawati menyatakan penandatangan ini merupakan bukti komitmen PLN dan para pengembang untuk meningkatkan manfaat EBT sesuai dengan target, yakni 23% hingga tahun 2025 nanti.
Yang lebih utama adalah PPA ini juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di sejumlah wilayah dengan harga yang kompetitif, sesuai dengan komitmen PLN untuk menjaga tarif listrik agar tetap terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan industri.
Pada sistem kelistrikan PLN saat ini, sudah ada 6.200 MW pembangkit EBT yang beroperasi atau 12% dari total kapasitas pembangkit.
Selanjutnya, khusus untuk PV, PLN akan mengembangkan PV terpusat untuk melistriki daerah terpencil yang relatif jauh dari jaringan yang ada. Kawasan ini merupakan daerah tertinggal, daerah perbatasan dan pulau terluar.
Berdasarkan RUPTL 2017-2026, tambahan pembangkit adalah sebesar 77,9 GW. Untuk itu sejumlah langkah strategis telah disiapkan oleh PLN diantaranya, yakni: Pertama, pengembangan pembangkit listrik EBT harus dioptimalkan.
Kedua, PLN memanfaatkan sumber energi yang diperbaharui dari sumber energi hidro, panas bumi (termasuk skala kecil/modular), biofuel, energi angin, energi matahari, biomassa dan limbah.
PLN akan mengembangkan sistem Smart Grid untuk meningkatkan kehandalan. Begitu pula, dengan mengurangi konsumsi bahan bakar menggunakan HSD dan MFO.
Lalu, mengoptimalkan pembangunan pembangkit EBT yang memiliki potensi besar seperti PLTP dan PLTA dan memaksimalkan potensi EBT setempat untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia Timur.
Terakhir, mengembangkan hybrid system untuk daerah-daerah yang sudah dipasok dari PLTD dengan jam nyala dibawah 12 jam / hari.
“Dengan ditandantanganinya PPA makin menunjukkan komitmen PLN untuk terus mendorong pemanfaatan EBT dalam upaya meningkatkan rasio elektrifikasi dan desa berlistrik, sehingga target rasio elektrifikasi sebesar 98% pada tahun 2019 dan target porsi EBT 23% pada tahun 2025 bisa tercapai," ucap Nicke.