TRIBUNNEWS.COM - Menurut Anggota Komisi X DPR Dwita Ria Gunadi, pidato Presiden RI mengenai RUU APBN Tahun 2018 beserta nota keuangannya belum menyinggung tentang masalah kesejahteraan pendidik.
“Soal kesejahteraan pendidik dan guru, tidak tergambar dalam pidato Presiden. Padahal ini dinantikan. Karena tidak hanya infrastruktur, tapi juga tenaga pendidik penting dalam meningkatkan mutu pendidikan,” tegas Dwita, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8).
Kemudian, masih kata Dwita, terkait pengangkatan guru. Dengan angka pensiun yang cukup tinggi, tidak diimbangi dengan jumlah penerimaan pendidik atau guru.
“Kita butuh banyak guru, untuk pemerataan di seluruh Indonesia. Guru penting sebagai tulang punggung pendidikan, karena guru memegang peranan penting dalam kualitas pendidikan,” kata politisi F-Gerindra itu.
Di HUT RI ke-72 ini, Dwita juga menyoroti masih tingginya angka putus sekolah, kendati angka partisipasi kasar cukup tinggi. Jika di perkotaan, menurutnya angka putus sekolah banyak terjadi di tingkat menengah dan atas. Sementara di pedesaan, paling banyak terjadi di tingkat dasar.
“Mereka tidak selesai menamatkan sekolah, misalnya dari SD ke SMP atau SMP ke SMA. Karena kalau ditanya, mereka lebih banyak alasan ekonomi, kemudian jarak tempuh. Itu banyak alasan yang menyebabkan angka putus sekolah, yang tidak kita harapkan,” keluh Dwita.
Selain itu, pemerintah masih punya pekerjaan rumah terkait sarana dan prasarana pendidikan. Temuannya di lapangan, masih banyak ditemukan sekolah yang rusak.
“Itu perlu perhatian khusus. Kita tidak tahu, tahun ke berapa semua ini bisa diselesaikan. Tahun besok, atau tahun-tahun mendatang. Yang kita harapkan bahwa penyelesaian itu secara serentak, tidak bisa separuh-paruh,” harap Dwita.
Di sisi lain, politisi asal dapil Lampung itu mengapresiasi masih dianggarkannya Kartu Indonesia Pintar (KIP). Ia berharap, dengan adanya KIP dapat mendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya dan mengurangi angka putus sekolah.
Sebelumnya dalam pidato yang disampaikan, Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah akan melanjutkan kebijakan pemberian KIP yang menjangkau 19,7 juta siswa, dan pemberian beasiswa bidikmisi kepada 401,5 ribu siswa, serta alokasi bantuan operasional sekolah yang menjangkau 262,1 ribu sekolah umum dan madrasah di seluruh penjuru Tanah Air.