TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rohingya kembali memanas.
Ribuan warga etnis Rohingya yang mendiami wilayah Rakhine di Myanmar kembali menjadi korban pengusiran dan intimidasi.
Tak pandang bulu, perempuan dan anak-anak ikut jadi korban dalam peristiwa ini.
Tragedi panjang di Myanmar ini mengusik rasa kemanusiaan warga di seluruh dunia. Tak terkecuali Indonesia.
Pemerintah Indonesia mengutus Menteri Luar Negeri untuk bertemu langsung dengan pemimpin gerakan demokrasi Myanmar yang juga peraih Nobel perdamaian, Aung San Suu Kyi, untuk membahas masalah ini.
Indonesia meminta agar kekerasan di Rakhine dihentikan.
Rohingya juga harus dlindungi.
Tapi massa seolah tak puas.
Aksi gelombang massa terus berdatangan ke Kedutaan besar Myanmar di Indonesia.
Tak cuma meminta kekerasan dihentikan.
Sebagian suara juga mendesak Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan Myanmar.
Ada juga yang meminta agar hadiah Nobel Perdamaian bagi Suu Kyi dicabut.
Bagaimana seharusnya pemerintah bersikap atas berbagai suara dan desakan tersebut?
Peran apalagi yang bisa dimainkan pemerintah dan ASEAN untuk meredam konflik di Rohingya?
Saksikan Talkshow Dua Arah episode "Konflik Rohingya, Indonesia Harus Apa?" Rabu 6 September 2017, pukul 20.00 WIB, bersama Cindy Sistyarani, hanya di KompasTV