News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita KBR

Into The Light, Komunitas Peduli Pencegahan Bunuh Diri

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Listiyani Indriya Noviyanthi, penyintas bunuh diri dan anggota komunitas Into The Light.

TRIBUNNEWS.COM - 10 September diperingati sebagai hari pencegahan bunuh diri sedunia. Masih segar di ingatan, tahun ini kabar bunuh diri marak diberitakan.

Namun, bagaimana rasanya menjadi mereka yang ingin mencoba bunuh diri?

Berikut kisah lengkapnya seperti dilansir dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR).

Pertengahan Juli lalu, Chester Bennington, vokalis utama band Linkin Park ditemukan tewas gantung diri oleh sang istri. Hari itu tentu menjadi hari berkabungnya para penggemar.

Listyani Indriya Noviyanthi, penyintas bunuh diri dan anggota komunitas Into The Light pun bercerita mengenai masa remajanya yang memuja Chester Bennington sebagai penyemangat sehari-harinya. Selama ini. Listy mengikuti band asal California, AS, itu sejak album debut Hybrid Theory yang lahir pada 2000.

Pada tahun-tahun tersebut, ia mulai mengenal perasaan yang sulit dijelaskan. Dan lirik-lirik yang ditulis Chester seakan mewakili.

“Pada 2005, waktu SMA itu saya sempat nggak mau punya teman. Cuma di kamar, dikunci, dan main game. Saya bisa main game sampai jam 7 pagi. Lalu tidur sampai jam 12 siang lalu bangun lagi, makan, main game lagi, gitu aja terus,” kenangnya.

Lima tahun berikutnya, perasaan itu diikuti tindakan menyakiti diri (self harm).

“Waktu itu saya merasa berat sekali, mau UAN itu kan kelas 3. Saya attempting self harm. Tapi saya pikir saat itu hal yang biasa saja, karena kegalauan remaja.”

Listy remaja, belum sadar dirinya mengalami depresi. Hingga dua tahun silam Listy melakukan percobaan bunuh diri.

Saat itu dia sedang sendiri di kamar sewanya, keinginan untuk mengakhiri hidup begitu kuat. Dorongan itu menumpuk dikarenakan persoalan pekerjaan, hubungan pertemanan dan, yang utama faktor keluarga.

“Saya di titik zero, tidak merasakan apa-apa. Di titik zero, itu worst banget, kita tidak bisa mengidentifikasi perasaan kita itu senang atau sedih. Itu kosong, empty, kayak kesemutan. Perasaan kamu kayak kram: sedih nggak, senang juga nggak.”

Percobaan bunuh diri pada 2015 itu gagal. Tapi hari-hari setelahnya, Listy masih memikirkan cara-cara lain untuk mati. Untung, ada J-big dan Rexie –anjing peliharaan Listy.

“Pas itu mereka main, manja sama saya. Minta dielus, lalu saya ngelus-ngelus dia, ngasih makan, tapi sama orang saya tuh nggak ngomong. Orang saya cuekin, cuma sama piaraan. Trus saya langsung nangis. Kalau saya nggak ada mereka sama siapa. Mereka kan dengan muka anjing gitu kan saya mikir, mereka main sama siapa, nggak ada yang ngasih makan. Dari situ saya kan postponed.”

Lambat laun Listy mengerti apa yang dialaminya sejak SMA itu dinamakan depresi. Pada 2016, Listy lantas memutuskan bergabung dengan Into The Light—komunitas pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa.

Apabila tahun-tahun sebelumnya dia mencari sendiri informasi mengenai kesehatan mental, kini di komunitas tersebut Listy bisa diskusi dan berbagi pengalaman. Bahkan belakangan aktif menjadi relawan.

“Itu ada pelatihannya berbulan-bulan. Selama di into the light saya bisa sharing, jadi mental saya membaik, dan di situ banyak yang punya pengalaman yang sama,” tuturnya.

Depresi adalah gangguan kesehatan jiwa yang tak pantas dianggap enteng. Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PSDKJI), sembilan juta orang mengalami depresi, dari total 261 juta jiwa penduduk Indonesia.

Data WHO pada 2012 juga mencatat, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia melebihi 9.000 nyawa. Dan depresi menjadi pemicu utamanya.

Belajar dari pengalaman, Listy, mulai mengenali tanda-tanda jika depresinya kambuh. Satu tandanya; mual dan sakit kepala luar biasa.

“Saya sekarang masih minum obat, karena ada cairan yang kurang di otak saya kan. Sama selfcarenya kalau saya sedih itu mikir penyebabnya, jadi merunut. Saya sedih kenapa, gimana ngatasinnya. Ini beda-beda setiap orang. Kalau saya main game, atau ketemu teman, beli barang.”

Karenanya, tiap kali merasakan gejala itu, Listy sudah bisa mengantisipasi agar tak memburuk. Misal dengan mengontak Benny –temannya di komunitas Into The Light. Bertahun melawan depresi bukan pekerjaan mudah bagi Listy. Bukan saja soal menghadapi stigma melainkan juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya awas terhadap kesehatan mental.

“Jangan takut untuk mengambil langkah awal, langkah untuk recovery. Kamu itu nggak sendiri, di komunitas itu banyak orang-orang yang sudah teredukasi, nggak judgemental dan nggak menstigma.”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini