TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Upaya pemerintah memboyong pesawat tempur Sukhoi SU-35 terus dilakukan.
Menteri Koordinator Bidanng Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengatakan pemerintah sudah sepakat mengenai rencana pembelian tersebut, dan akan dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak.
"Mudah-mudahan 4 Desember, kita tandatangani (kontrak pembelian)," ujar Wiranto kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2017).
Baca: Seekor Anjing Buat Was-was Guru dan Siswa SMK 3 Perguruan Cikini, Ini Penyebabnya
Pembelian 11 unit pesawat tempur gene
Baca: Dilelang KPK, Begini Penampakan Lima Mobil Mewah Terpidana Irjen Djoko Susilo
rasi 4++ yang satu unitnya dibandrol sekitar 90 juta dollar Amerika Serikat (AS) itu, tetap seperti rencana semula, yakni 50 persennya dibayar dengan komoditas lokal.
Pihak Russia menyetujui ada 17 jenis komoditas yang diminati negara produsen pesawat Sukhoi.
"Ada 17 'item' (barang) yang disetujui, yang menarik salah satu item itu, pembelian perlengkapan militer dari Indonesia. Kita sekarang ada produksi perlengkapan militer untuk NATO, kita ada rompi anti peluru, ada sepatu," katanya.
"Jadi ada satu keuntungan timbal balik, kita beli pesawat Sukhoi denga harga yang lebih murah, kita juga bisa menjual komoditas kita dalam jumlah yang lebih besar, keuntungan ini yang kita harapkan," ujarnya.
Baca: Tiga Alumni dan Siswa Jadi Tersangka Kasus Tewasnya Hilarius Saat Duel Gladiator
Rencananya pesawat yang dibeli untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger yang sudah 18 bulan dipensiunkan karena usia itu, adalah berikut dengan amunisi yang lengkap, serta perlengkapan avionik yang canggih.
Wiranto menyebut Indonesia juga mendapat kesempatan mempelajari kecanggihan pesawat tersebut.
"Kita juga akan membuat pabrik 'sparepart' (red: suku cadang)," katanya.
"Kita harapkan ini jadi model percontohan pembelian alutsista yang lain," tambah Wiranto.