Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hasil muktamar Jakarta Djan Faridz mengucapkan apresiasi atas sinergitas anggota TNI-Polri yang tergabung dalam operasi satgas Terpadu Penanggulangan KKB (kelompok kriminal bersenjata),
Djan mengaku senang mendengar drama penyanderaan oleh KKB yang terjadi sejak awal bulan ini beroperasi meneror warga di Kampung Banti dan Kimbely berakhir.
Menurutnya, tindakan KKB di kawasan, Banti dan Kimbely adalah dua kampung yang mengapit sebuah sungai. Aliran air itu menjadi tempat pembuangan aktivitas tambang PT Freeport Indonesia.
Secara umum Kampung Banti, kata Djan dihuni warga asli. Sementara Freeport membangun sejumlah fasilitas publik. Mulai sekolah sampai rumah sakit.
"Semoga dengan tuntasnya drama ini aktivitas ekonomi Kimbely bisa hidup kembali, meski warganya lebih sedikit. Warga lokal harus pergi ke Kimbely untuk membeli kebutuhan pokok.
Banti dan Kimbely hanya dipisahkan jembatan," kata Djan lewat pesan singkat kepada wartawan, Sabtu (18/11/2017).
Djan juga berharap supaya pemerintah dapat menemukan formula yang untuk memajukan wilayah tersebut.
"Karena wilyah ini sangat terisolir bayangkan saja untuk sampai ke sana, dari Timika, orang hanya bisa menggunakan bus Freeport atau kendaraan aparat. Otomatis, barang-barang yang diperdagangkan warga pendatang di Banti dan Kimbely juga masuk melalui dua angkutan itu," katanya.
Belum lagi jarak Timika menuju Tembagapura sekitar 38 mil atau 61 km. Sepanjang Timika menuju Tembagapura, ada tiga checkpoint yang harus dilewati. Checkpoint Gorong-Gorong (mil 27), checkpoint bandara (mil 28), dan checkpoint Kuala Kencana (mil 32).
"Melihat kejadian itu, sepertinya Polri yang di-back up TNI harus lebih tegas sehingga drama penyekapan dan penyanderaan saat ini tidak jadi preseden di kemudian hari," katanya
Diberitakan sebelumnya aparat TNI dan Polri mengevakuasi warga yang terisolasi di Kampung Kimberly, Banti dan Utikini, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika yang selama ini dikuasai kelompok kriminal bersenjata, Jumat (17/11/2017) sekitar pukul 11.00 WIT.
Evakuasi ini melibatkan 200 aparat TNI dan Polri yang dipimpin langsung Kapolda Papua Irjen Pol Noy Rafli Amar, Asops Kapolri Irjen Pol Iriawan dan Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI George Enaldus Supit.
Sebanyak 344 orang warga yang dievakuasi terdiri dari 104 orang pria dewasa, 32 wanita dewasa dan 14 anak-anak yang berasal dari kampung kimberly. Lalu 153 pria dewasa, 31 perempuan dewasa dan 10 anak-anak dari Kampung Banti dan Utikini. Masyarakat yang dievakuasi merupakan masyrakat non-Papua.
Sementara itu, masyarakat asli Papua yang lahir dan besar di Kampung Kimberly, Banti dan daerah longsoran, tidak bersedia dievakuasi. Namun, mereka meminta jaminan perlindungan dari aparat tersebut sampai situasi aman dan kondusif kembali.