TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan memasuki masa pensiun pada bulan Maret 2018.
Nama Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai pengganti Gatot pun sudah diserahkan oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada DPR.
Gatot sempat disebut-sebut menjadi calon yang cocok menjadi pendamping Joko Widodo di pertarungan Pilpres 2019.
Hal ini terlihat dari beberapa survei yang menempatkan Gatot pada posisi atas.
Baca: Besok, Rapat Paripurna DPR Akan Bacakan Surat Pergantian Panglima TNI
"Saya kira dengan melihat track record Jenderal Gatot yang cemerlang, begitu energik dan memrberikan dedikasi pengabdian, saya kira beliau kedepan akan semakin baiklah kariernya. Walaupun ngga lagi di militer," kata politikus PDI Perjuangan Effendi Simbolon saat dikonfirmasi Tribunnews.com di Jakarta, Senin (4/12/2017).
Anggota Komisi I DPR RI ini menjelaskan, bahwa Gatot masih memiliki kesempatan mengikuti ajang Pilpres 2019.
"Jadi Jenderal Gatot masih punya peluang besar untuk ikut kancah kepemimpinan nasional kedepan," katanya.
Effendi memberikan saran, pasca pensiun lebih baik Gatot jangan langsung masuk ke partai politik.
Dirinya khawatir hal itu bisa mereduksi pribadinya.
"Justru saya kira ngga usah masuk. Kalau dia masuk, jadi bagian dari partai, malah merduksi figurnya sendiri. Biar jadi figur yang diperlukan bangsa. Tidak masuk kedalam kotak politik praktis. Kalau pada waktunya perlu jadi calon pemimpin nasional kenapa tidak?" tanyanya.
Baca: Ini Harta Kekayaan Marsekal Hadi Tjahjanto, Calon Panglima TNI yang Diajukan Presiden Jokowi
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua DPR, Fadli Zon mengatakan, bahwa DPR sudah menerima surat dari Kementerian Sekretaris Negara (Kemensetneg) terkait rotasi jabatan Panglima TNI.
Adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI. Hadi Tjahjanto, yang diajukan Presiden sebagai calon tunggal Panglima TNI.
Rencananya KSAU akan dijadwalkan untuk menjalani uji kelayakan dan kepatutan oleh anggota dewan, sebelum akhirnya dilantik menjadi Panglima TNI.