TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 11 unit pesawat Sukhoi SU-35 yang akan dibeli dari Rusia, menurut Panglima TNI. Marsekal TNI. Hadi Tjahjanto, adalah pesawat jet yang sudah siap tempur.
Pesawat tersebut sudah disiapkan dengan berbagai sistem avionik, serta rudal siap tempurnya.
"Termasuk yang air to air (red: serangan dari udara ke udara), dan air to ground (red: serangan dari udara ke darat)," ujarnya dalam konfrensi pers di kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jakarta Pusat, Kamis (11/1/2017).
Selain itu juga disediakan simulator SU-35, untuk mempertajam kemampuan pilot-pilot TNI AU, dalam mengoperasikan pesawat generasi 4+ buatan perusahaan dalam negeri Rusia itu.
Pesawat-pesawat tersebut rencananya akan menggantikan pesawat F5 Tiger, yang bermarkas di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.
Semua pesawat F5 Tiger TNI AU, sudah hampir dua tahun lalu di 'grounded' karena umur.
Dalam kesempatan tersebut Hadi Tjahjanto menjelaskan bahwa TNI juga berencana menambah jumlah radar Ground Control Intercept (GCI).
Baca: Sandiaga Ingin Pembangunan Shelter Kampung Aquarium Dipercepat
Saat ini jumlah radar GCI yang dimiliki Indonesia hanya 20 unit, dan menurut Panglima TNI radar yang ada tidak bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
"Ke depan kita mengharapkan dua belas unit lagi, sehingga bisa meng'cover' (red: menjangkau) seluruh wilayah Indonesia, menjadi totalnya tiga puluh dua radar," ujarnya.
Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, dalam kesempatan yang sama menambahkan, bahwa pekan ini penandatanganan kontrak pembelian 11 unit Sukhoi SU - 35 akan diselesaikan.
Pesawat yang perunitnya dibandrol 45-65 juta dollar Amerika Serikat (AS) itu, akan dibeli dalam kondisi siap tempur.
"Yang jelas Sukhoi kita sudah beli sebelas (unit), minggu ini tanda tangan kontrak," ujarnya.