TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan anggota Komisi Hukum DPR Djoko Edhi Abdurrahman menegaskan bahwa kebangkitan PKI memang ada dan benar adanya serta sampai saat ini terasa dalam masyarakat.
Wasek Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum PBNU itu mengatakan ada orang-orang tertentu saat ini atas nama hak asasi manusia (HAM) ingin agar negara dalam hal ini meminta maaf pada PKI karena PKI dianggap sebagai korban politik konflik internal angkatan darat.
"Fakta politik bahwa PKI adalah pelaku yang terlibat ingin merebut kekuasaan dengan memanfaatkan kondisi pertentangan politik yang tajam di tahun 65 itu," ungkap Djoko Edhi, Sabtu (13/1/2018).
Di era generasi mineal ini, kata dia banyak anak-anak muda yang lahir di era tahun 90-an tidak mengerti tentang sejarah pemberontakan PKI sehingga muda terprovokasi atas nama HAM.
"Maka saya sangat setuju dengan Jenderal Gator Nurmantyo mantan Panglima TNI yang gencar menggelar nonton bareng film G30S/PKI agar masyarakat mengerti dan tahu apa yang sebenarnya terjadi, PKI itu menyerang duluan bukan korban," terangnya.
Baca: Beredar Pamflet Partai Komunis Mahasiswa, Begini Kata Wakil Rektor IAIN Walisongo
Dia menyebut, Marx pernah bilang, saya mengirimkan komunisme ke Eropa sebagai hantu.
Dalam konteks Indonesia sama saja, komunisme masuk untuk menebar teror di mana mana bagi masyarakat.
"Banyak kejadian kan contoh di Jawa Timur, kiai-kiai NU dibunuh, aktivis pemuda Ansor di Banyuwangi diracun dan dibantai,"jelasnya.
"Kembali dalam konteks saat ini. Seperti kejadian terbaru di Banyuwangi di kasus Palu Arit itu memang saya tidak tahu persis ya tapi itu jelas sebuah indikasi bahwa komunisme akan terus berusaha bangkit dan ingin kembali ke panggung politik Indonesia dengan berbagai macam cara. mengutip Marx, Komunis itu hantu dan kasus Palu Arit itu contohnya," pungkasnya.