News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konferensi Internasional Haji

Haji Bukan Milik Arab Saudi, Haji Milik Semua Umat Islam

Penulis: FX Ismanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mengakhiri dominasi Saudi dalam pelaksanaan haji menjadi topik pembicaraan dalam seminar Konferensi Internasional Haji yang di selenggarakan di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis (25/1/2018). Konferensi ini terselenggara atas kerjasama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Garda Suci Merah Putih dan Haramain Watch. Hadir sebagai pembicara diantaranya, Sayuti Asyathri, Mujtahid Hashem, Shujaat Ali dan Rektor.

Laporan Tribunnews.com, Fx Ismanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengakhiri dominasi Saudi dalam pelaksanaan haji menjadi topik pembicaraan dalam Konferensi Internasional Haji yang di selenggarakan di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis (25/1/2018). Konferensi ini terselenggara atas kerjasama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Garda Suci Merah Putih dan Haramain Watch.

Sayuti Asyathri, intelektual Muslim yang jadi pembicara menjelaskan bahwa haji memiliki dimensi sosial dan politik. Jika mengacu pada peristiwa Khaibar (benteng tebesar Yahudi pada jaman Rasulullah yang dikalahkan oleh panglima Sayyida Ali Bin Abi Thalib), maka kita bisa belajar bahwa pengaruh internasional dan intrik politik pada zaman kenabian bahkan ada Sebelum kemunculan Nabi Muhammad SAW.

Mujtahid Hashem. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Kita bisa juga mengingat peristiwa lahirnya nabi Muhammad yang dibarengi dengan hancurnya pasukan gajah yang dipimpn Abrahah. Dalam kontek saat ini maka Makkah dan Madinah dan penyelenggaraan Haji tak lepas dari turbulkensi politik yang terjadi di dunia,” ujar Sayuti.

Menaggapi apa yang disampaikan oleh Sayuti Asyatri disela Konferensi, Mujtahid Hashem selaku Sekjen Garda Suci Merah Putih yang juga salah satu pembicara mempertegas bahwa dalam kontek kekinian Khaibar adalah Israel dan ekspedisi Abrahah adalah militer Amerika dan NATO yang mengamankan negara-negara Teluk.

Seminar Konferensi Internasional Haji. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

“Memang Amerika tidak berusaha menghancurkan Kakbah secara fisik, namun ikut menjaga jangan sampai Haji digunakan untuk melawan kepentingannya di dunia Islam,” tandas Mujtahid

Sementara Shujaat Ali, Presiden Muslim Student Association, India menyoroti peninggalan sejarah Islam yang dihancurkan oleh Saudi. Peniggalan sejarah yang mengingatkan pada kehidupan Rasulullah banyak dihancurkan, bukan karena ketidak tahuan namun karena kesengajaan Saudi dengan alasan melebarkan komplek haji atau membangun hotel dan restoran McD.

“Hanya sedikit muslim yang sadar bahwa kebijakan yang dilakukan Saudi sengaja menghilangkan peninggalan sejarah Islam, karena memang Saudi anti Islam. Mengklaim Islam tapi perilaku politiknya anti Islam, mengaku pelayan haji tapi sebenarnya anti haji dengan menghilangkan tujuan agung ibadah Haji,” kata Shujaat.

Seminar Konferensi Internasional Haji. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Berbeda nadanya dengan para pembicara lainnya, wakil rektor Universitas Islam Ibnu Kholdun, Farizal Marlius lebih banyak berbicara dalam ranah kesalehan individual orang yang berhaji setelah kembali dari ibadah haji dan tidak mengkritik kuota Haji Saudi karena Quota telah dibicarakan besama di OKI. Menanggapi statemen wakil Rektor Ibnu Khaldum, ditemuai di sela-sela konferensi. Mujtahid Hashem menjelaskan bahwa bisa saja Quota haji dibicarakan Saudi dengan negara-negara Islam, namun ketika berbicara Quota menunjukkan ketidakmampuan Saudi menyelanggarakan Haji.

“Coba bayangkan ormas Jammah Tabligh bisa selenggarakan internasional gathering 5 jt orang, Ziarah Arbain karbala dengan panitia rakyat najaf dan Karbala bisa menerima 40 juta peziarah, Saudi 100 tahun lebih berkuasa tapi membatasi orang berhaji dengan istilah quota. Ini tidak masuk akal bagi orang yang berfikir merdeka,” tegas Mujtahid.

Lebih jauh Mujtahid memberikan ilustrasi kepada peserta, jika Anda membangun masjid bisa menampung 1000 orang untuk shalat, lalu ditahun kedua ternyata jamaah membludak sampai 2000 orang, apakah panitia layak memberikan visa buat si A hari ini visa shalat si B hari berikutnya?

Seminar Konferensi Internasional Haji. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

“Pasti Anda akan cepat berfikir memperluas. Saudi tidak kekurangan uang, karena miliaran dolar masuk ke kas Saudi dari Visa saja. Tidak ada penjelasan lagi kecuali memang Saudi anti penyelenggaraan Haji karena bisa menggangu dominasinya di Makkah dan Madinah,” tandas Mujtahid.

Konferensi yang sempat dibatalkan di UIN karena tekanan Kedutaan Saudi ini dilesenggarakan kerjasama Himpunan Mahasiswa Islam, Garda Suci Merah Putih dan Haramain Watch berakhir dengan komitmen bersama menggalang dukungan untuk menghentikan politisasi Haji oleh keluarga Saud.

Acara Konferensi HMI dapat Tekanan dari Kedutaan Saudi di Jakarta

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini