TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivis Nahdlatul Ulama (NU), Savic Ali mengungkapkan 80 persen konten yang memuat ujaran kebencian tentang agama dilontarkan bukan oleh akun kelompok radikal atau fundamentalis, melainkan oleh partisan politik.
"Banyak sekali pelaku hate speech yang membangun sentimen agama, itu akun-akun yang partisan, sekitar 80 persen dilakukan partisan parpol," jelas Savic pada dialog publik bertema "Pilkada 2018: Pesta Politik dengan Semangat Kebangsaan" di Unika Atma Jaya, Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu (21/2/2018).
Savic menerangkan data yang ia peroleh berasal dari penelitian NU pada Oktober-Desember 2017 di media sosial terkait ujaran kebencian.
Baca: Persija Jakarta Vs Tampines Rovers: Main di Kandang, Teco Yakin Menang
"Tim saya menemukan dari 3 bulan tracking Youtube, Facebook dan website menggunakan ribuan keyword terkait agama. 80 persen pelaku hate speech agama adalah akun partisan yang justru tidak religius," kata Savic.
Menurut Savic, banyaknya akun yang memuat ujaran kebencian dan hoax dapat membuat polarisasi semakin kuat dan memicu kebencian terhadap kelompok tertentu di masyarakat.
"Masyarakat jadi bingung membedakan fakta dan hoax. Ini tujuan mereka. Jelas untuk kepentingan politik," tutur Savic.
Untuk itu, Savic mengharapkan peran figur politik dan tokoh agama untuk memberikan contoh positif kepada masyarakat.
"Ini artinya tokoh-tokoh, figur parpol berbasis agama berperan penting menjadi contoh. Jangan menggunakan kegamaan dan keyakinan untuk politik," pungkas Savic.