TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade menilai Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sengaja menggoreng isu-isu terkait Gerindra untuk numpang tenar.
"Sebagai partai baru, ini cara PSI biar mudah tenar dengan nebeng Gerindra," kata Andre, Minggu (18/3/2018).
Andre menanggapi pernyatan politisi muda PSI Tsamara Amany Alatas terkait twitt Ketua bidang Advokasi Partai Gerindra, Habiburokhman yang mengatakan jika modal IQ dan wajah tampan membuat Prabowo Subianto cocok jadi presiden.
Habiburokhman menyebut Prabowo yang punya tampan rupawan serta merakyat dan punya IQ superior 152 menjadi jaminan jika Prabowo menjadi presiden.
"Kelihatan sekali partai baru perkenalkan diri numpang ngetop lewat Gerindra. Minggu lalu soal Bang Fadli Zon digoreng-goreng isunya, sekarang Habiburokhman," ujar Andre.
Baca: Dengar Kabar Modal Prabowo Hanya Paras dan IQ, Tsamara: Saya Yakin Gerindra Paham Modal Nyapres
Sebelumnya diberitakan, Fadli Zon terlibat perdebatan politik dengan Sekjen PSI Raja Juli Antoni soal hoax. Ujung-ujungnya Raja Juli dilaporkan ke polisi.
Menurut Andre, sebagai partai baru harusnya PSI mengedepankan gagasan yang cerdas sehingga mendapatkan simpati publik dan bukan dengan cara-cara instan untuk cepat populer.
"Membanding-bandingkan Pak Prabowo dengan calon lain memang faktanya begitu. Ini mohon maaf ya, Pak Prabowo memang IQ-nya tinggi 152 dan menunjukkan beliau sangat cerdas sehingga dibutuhkan pemikirannya untuk membawa bangsa ini keluar dari keterpurukan ekonomi dan utang di atas Rp 4.000 triliun. Dan mohon maaf kalau beliau memang lebih ganteng dari kandidat yang lain, dan ini fakta bukan hoax," ujar Andre.
"Beliau (Prabowo) juga punya rekam jejak dan kapasitas yang luar biasa, beliau juga apa adanya bukan pribadi yang membangun image dengan berbagai pencitraan merakyat dan masuk got tapi kebijakannya pro asing dan pak Prabowo pemikirannya visioner," Andre menambahkan.
Dikatakan bahwa Indonesia butuh pemimpin yang bisa mengangkat perekonomian dari jurang tertinggal bukan hanya pemimpin yang angkat slogan kerja-kerja-kerja tanpa mikir.
"Akibatnya seperti sekarang ini utang negara menumpuk, perkonomian mandek, pengangguran meningkat, harga sembako tinggi, rakyat semakin sulit untuk hidup, segala sesuatu serba impor," kata dia.
Bahkan janji - janji kampanye di Pilpres 2014, lanjut Andre, sudah seperti Lagu Hetty Koes Endang "Janji - Janji Tinggal janji".
Dia mencontohkan janji-janji kampanye yang tidak terlaksana seperti buy back Indosat, tidak menambah utang, tidak impor beras, tidak menaikkan harga BBM, jaksa agung bukan dari politisi, menteri tudak boleh rangkap jabatan di Parpol, dan lain - lain.