TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain berlatar belakang santri, figur calon wakil presiden (cawapres) bagi Joko Widowo (Jokowi) adalah memiliki kekuatan politik dan kemampuan di bidang ekonomi.
Alasannya, figur wapres harus mampu menjadi pejembatan komunikasi politik bagi pemerintah terhadap parlemen dan kekuatan lainnya serta domain kerja wapres lebih banyak di bidang ekonomi.
Seperti Megawati didampingi Hamzah Haz yang juga ekonomi, SBY didampingi Jusuf Kalla praktisi ekonomi, SBY didampingi Boediono ekonom serta Jokowi didampingi Jusuf Kalla praktisi ekonomi.
Peneliti Forum Kajian Islam dan Politik UIN Sunan Kalijaga M. Affan Hasyim mengatakan, Pilpres 2019 menjadi tantangan tersendiri bagi Jokowi sebagai petahana.
Baca: Bursa Cawapres Jokowi dari PPP akan Mengerucut Setelah Rakernas LP 2
Sebab, selain gempuran dari kelompok pemilih muslim, juga kondisi ekonomi global berpengaruh terhadap performance pemerintahan Jokowi. Maka dari itu, diperlukan cawapres yang merepresentasikan politik islam serta menguasai bidang ekonomi. Juga harus memiliki kekuatan politik.
"Kenapa santri? hal ini sekaligus untuk menutup peluang gempuran dari kalangan pemilih Islam dan ini segmen mayoritas. Lalu dicari figur yang paham tentang ekonomi untuk bisa membantu menstabilkan laju ekonomi di Indonesia," kata Affan sesuai diskusi "Meneropong Politik dan Ekonomi di Tahun Politik" yang digelar Rumah Demokrasi Klepean Centre (RDKC), Minggu (18/3/2018) malam.
Dia melanjutkan, untuk mencari figur tersebut memang perlu waktu bagi tim Jokowi melakukan analisa. Hanya saja, pihaknya memberikan gambaran bahwa santri yang berlatar belakang pelaku ekonomi sudah banyak.
Lalu dia menyebut nama Choirul Tanjung yang suskes dengan CT Corp, Yusuf Mansyur yang sukses mengembangkan Pay-Tren, Romahurmuziy (Rommy) yang membidangi ekonomi keuangan dan memiliki usaha dengan ribuan karyawan.
Dari tiga nama tersebut, Affan melihat peluang Rommy lebih besar. Alasannya, selain mumpuni di bidang ekonomi, juga santri dan menakhodai partai politik.
"Konstitusi kita mengharuskan pasangan capres-cawapres berangkat dari parpol. Di banding dua nama lainnya, Rommy lebih unggul," terang pengajar di beberapa perguruan tinggi ini.
Ditanya mengenai Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang juga berlatarbelakang santri, Affan menilai peluangnya semakin kecil.
Alasannya, manuver politik PKB yang terkesan mengintervensi Jokowi dalam penentuan cawapres bakal menjadi sandungan.
Selain itu, meskipun mewakili politisi santri tapi penguasaan Cak Imin terhadap bidang ekonomi belum tampak. Ditambah, sejauh ini PKB belum resmi mengusung Jokowi pada Pemilu 2019.
"Yang terlihat justru mengesankan Cak Imin ambisius dan itu kontraproduktif," pungkasnya.