TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua umum PKB, Muhaimin Iskandar yang akrab disapa Cak Imin dianggap bisa menjadi tokoh penghubung koalisi pemerintah kepada kalangan aktivis gerakan 212.
Mengingat beberapa waktu lalu terdengar wacana tentang pembentukan koalisi dan capres usulan gerakan 212.
Hal itu diungkapkan pengamat politik Rico Marbun, Rabu (28/3/2018).
"Sulit dipungkiri, bahwa semangat Islam politik yang dibawa oleh gerakan 212 ini telah menjadi salah satu arus politik umat yang cukup besar dan tidak bisa dinafikan," kata Direktur eksekutif Median ini.
Namun sayangnya, menurut Rico, pemilih yang simpati terhadap gerakan 212 ini memiliki persepsi negatif terhadap presiden Jokowi dan beberapa partai besar yang mendukung pemerintahan.
Baca: Cak Imin Soal Maju Sebagai Cawapres: Berita Langit Sudah Pasti ke Saya Kok
Oleh karena itu, Rico menambahkan, untuk menang pilpres 2019 suka tidak suka Jokowi harus mengambil hati segmen pemilih ini.
"Untuk mengambil segemen gerakan 212, rasanya sulit jika mengandalkan tokoh dari PDIP, Nasdem, dan Hanura, untuk bisa membantu Jokowi berkomunikasi dengan tokoh-tokoh 212," katanya.
Disinilah menurut Rico, posisi strategis Cak Imin dan PKB menjadi semacam tokoh penghubung antara Jokowi dengan para tokoh gerakan 212.
Apalagi secara institusi PKB tentu lebih kental nuansa NU-nya ketimbang partai Islam lain di dalam koalisi seperti PPP. Bahkan secara ketokohan rekam jejak Cak Imin dalam dunia politik jauh lebih dalam dan lama ketimbang Romi misalnya.
"Figur penghubung menurut Rico menjadi penting, sebab komunikasi politik simbolik yang dilakukam oleh Jokowi belum membuahkan hasil maksimal. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang akankah koalisi pendukung Jokowi mau menggunakan strategi tokoh penghubung ini?" katanya.