News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Puisi Sukmawati

Eva Sundari Harap Polemik Puisi‎ Sukmawati tidak Digiring Menjadi Isu Politik

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden RI ke 5, Megawati Soekarnoputri meresmikan patung Bung Karno di gedung Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (24/5/2017). Dalam peresmian tersebut Megawati didampingi Sukmawati Soekarnoputri, Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, Gubernur Lemhanas, Letjen. TNI. Purn. Agus Widjojo, dan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat. TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Politisi PDIP Eva Kusuma Sundari menyesalkan puisi yang dibacakan oleh Sukmawati Soekarnoputri yang oleh sejumlah orang dinilai menyinggung umat beragama karena membandingkan azan dan cadar.

Eva berharap isu tersebut tidak kemudian dijadikan isu politik.

‎"Aku sih menyesal karena situasinya engga kondusif, untuk sikap pribadi seorang budayawan harus sensitif dengam lingkungan, dan kita sedang mencari jalan agar isu yang sensitif tak jadi isu politik," ujarnya, Selasa, (3/4/2018).

Eva berharap Sukmawati menjelaskan soal puisi yang dibacakannya tersebut. Dengan tabayun maka isu puisi tersebut dapat diluruskan. ‎Bahkan Eva menyarankan sebaiknya Sukmawati meminta maaf.

‎"Saya harap Mba Sukma segera menjelaskan, tabayun, sekaligus minta maaf, karena ada sesuatu yang serius disitu," katanya.

Baca: Demokrat Sebut Gaya Tour Jatim SBY dan AHY Bikin PDIP Kepanasan

Eva mengatakan membandingkan Azan dan Kidung sangat tidak kompatibel. Azan merupakan ajakan yang sifatnya wajib bagi warga muslim untuk beribadah, sementara kidung tidak seperti itu.

Meskipun demikian Eva berharap polemik puisi tersebut tidak kemudian digiring menjadi isu politik. Karena menurut Eva, puisi tersebut merupakan ekspresi kebudayaan.

‎"Baiknya minta maaf dan semua pihak tidak kemudian menggoreng ini, atau menyatakan ini sebagai isu politik karena beliau sebagai individu, sebagai ekspresi kebudayaan. aku agak kaget apalagi Bung Karno sangat Islami. Komitmennya jadi tokoh agama islam. Yang bikin mark, tanda, di Saudi karena kecintaan pada Islam," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini