TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tujuan bersama bangsa Indonesia sehingga perlu upaya untuk perwujudannya melalui peningkatan mutu kualitas SDM (Sumber Daya Manusia).
Apalagi di tengah-tengah lingkungan yang terus berubah sangat VUCA (volatility, uncertainity, complexity, ambiguity).
Juga seiring kemajuan teknologi yang sangat pesat, khususnya di bidang teknologi informasi, seperti internet of things, smart city, big data, dan artificial intelligence.
"Perkembangan teknologi tidak saja merubah gaya hidup manusia dari generasi ke generasi, namun cara pandang dan cara berpikir, bahkan akselerasi neuron otak dalam merespon setiap perubahan dan kemajuan teknologi informasi tersebut," kata Dr. dr. Tauhid Nur Azhar, S.Ked., M.Kes, Board of Honor, Neuronesia Community di Jakarta belum lama ini.
Dikatakannya, perkembangan teknologi di satu sisi bisa memberikan manfaat yang positif namun di sisi lain jika tidak dimanfaatkan dengan tidak baik ya yang muncul dampak-dampak negatif.
Ia mencontohkan, gadget dan media sosial sebagai bagian perkembangan teknologi, ibarat pedang bermata dua.
"Teknologi dan media sosial bisa sangat berguna bagi kehidupan manusia tapi kalau dimanfaatkan secara keliru berbahaya, misalnya untuk melakukan hate speech," katanya.
Bambang Iman Santoso, ST, MM. – Co-Founder dan CEO dari PT Neuronesia Neurosains Indonesia mengatakan, perkembangan teknologi tidak saja merubah gaya hidup manusia dari generasi ke generasi bisa dijelaskan melalui ilmu.
"Ilmu neurosains dan disiplin ilmu lainnya diharapkan dapat membantu menjelaskan proses perubahan itu terjadi secara ilmiah, tentunya kepada masyarakat awam disampaikan dengan bahasa-bahasa yang membumi," katanya.
Neurosains, sebut Bambang adalah ilmu yang khusus mempelajari tentang otak dan dinamikanya.