TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko tidak setuju jika ada anggapan Presiden Joko Widodo sengaja menempatkan sosok jenderal di posisi strategis pemerintah demi melawan Prabowo Subianto.
"Sebenarnya tidak untuk melawan (Prabowo), semuanya warga negara Indonesia kok, jadi kenapa dilawan? Dalam politik itu yang ada hanya memperkuat, ya pasti ada," ujar Moeldoko di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden, Rabu (11/4/2018).
Baca: Pihak Istana Dikabarkan Jemput Pemuda di Sukabumi yang Kejar Motor Jokowi
"Sekali lagi ya, konteksnya bukan melawan, tapi memperkuat," lanjut dia.
Kata "melawan", menurut mantan Panglima TNI tersebut, tidak baik digunakan dalam dunia demokrasi.
"Pengertian itu menurut saya dalam sebuah demokrasi tidak bagus. Jadi jangan ada lawan, sparing partner lah, kira-kira begitu," lanjut dia.
Diketahui, Presiden Joko Widodo menunjuk sejumlah jenderal purnawirawan di struktur pemerintahannya.
Mereka yakni Luhut Panjaitan sebagai Menteri Koordinator Maritim, Sidarto Danusubroto sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Gories Mere sebagai Staf Khusus Presiden, Ryamizard Ryacudu sebagai Menteri Pertahanan dan Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan.
Belakangan, Jokowi kembali menunjuk purnawirawan jenderal berada di posisi strategis, antara lain Moeldoko sebagai Kepala Kantor Staf Presiden dan Agum Gumelar sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banyak Jenderal di Belakang Jokowi, Moeldoko Sebut Bukan untuk Lawan Prabowo"
Penulis : Fabian Januarius Kuwado