TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali memperoleh talenta keren sebagai bakal calon legislatifnya, Rabu (25/4/2018).
Hal yang layak digarisbawahi, mereka semua terbilang senior untuk ukuran PSI, yaitu di atas 45 tahun.
Pertama adalah Christianto Wibisono, kolumnis dan analis bisnis senior.
Kedua, Silverius Oscar Unggul atau Onte, seorang pegiat lingkungan dan social entrepreneur.
Terakhir, Azmi Abubakar, pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.
Dalam acara launching di DPP PSI, Azmi mengatakan, PSI adalah pelabuhan baginya yang selama ini menghindari berorganisasi lewat jalur kepartaian.
"PSI adalah rumah baru sekaligus harapan baru. Karena belum pernah dalam sejarah Republik Indonesia ada sebuah partai yang diinisiasi oleh anak muda di mana mereka belum tercemar politik yang kotor. Untuk itu saya ingin masuk berjuang di dalamnya," kata putra Aceh ini.
Baca: KPK Sita Lima Unit Jet Sky Bernilai Miliaran Rupiah, Benarkah Milik Bupati Mojokerto?
Pada kesempatan yang sama, Onte menyatakan dirinya dan teman-teman lain telah berjuang dari dulu melawan ketidakadilan pengelolaan sumber daya alam.
"Namun, dalam prosesnya, hal-hal baik yang kami bikin kerap terbentur kebijakan, terhalang politik," kata Onte.
Sekali waktu, pada 2012, Onte terjun menjadi calon wakil wali kota Kendari dari jalur independen.
"Ternyata susah sekali untuk merebut kekuasaaan tanpa instrumen partai," kata pria berdarah Flores ini.
Akhirnya, ia menemukan PSI.
Ada satu hal yang dia suka dari PSI, yaitu slogan "berpartai dalam kebajikan".
Menurut Onte, politik esensinya tidak kotor. Namun arena yang kotor.
"Karena arena politik itu paling gampang dimasuki orang. Cukup angkat-angkat tas ketua partai, jadi caleg nomor satu. Cukup menjilat petinggi partai, siapapun dia bisa masuk," lanjut Onte.
Menurutnya, arena yang kotor terjadi karena kita memberikan kesempatan pada orang-orang seperti itu untuk memguasai arena.
"Setelah melihat PSI, kayaknya ini arena yang baik dan bersih. Mumpung ada arena yang bersih dan belum terkontamisasi, ayo kita jaga, kita masuk," kata Onte.
Baca: Warga Sempat Berebut Rembesan Minyak Sebelum Terjadi Ledakan
Sementara itu, Christianto menyatakan, pada usia 73 tahun, ia ingin mewariskan apa yang masih bisa diingat dan sumbangkan untuk masyarakat.
"Wujudnya adalah partisipasi di PSI yang ketuanya malah lebih muda dari putri sulung saya," kata Christianto.
"Saya ingin mewariskan pengalaman bermasyarakat terutama dalam mengikuti kebijakan publik agar kita menatap masa depan Indonesia secara lebih optimis tapi tetap realistis," kata pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) ini.
Menanggapi kehadiran tiga bacaleg ini, Ketua Umum PSI, Grace Natalie, mengaku bersyukur dan menyampaikan apresiasi.
"Sebagai kendaraan politik, PSI sudah jadi. Silakan dimanfaatkan. Tapi, banyak aktivis tampaknya sulit sekali untuk menyeberang, seolah ada batas suci," kata Grace.
Padahal, demokrasi sekarang lebih banyak ke soal kebebasan. Tapi kita sendiri kekurangan produk hukum yang berkualitas.
Grace mengingatkan, lihat saja Revisi KUHP yang mengandung banyak masalah.
Dengan situasi semacam ini, lanjut Grace, seharusnya ada lebih banyak orang baik dan berkualitas yang masuk masuk politik seperti Christianto, Azmi, dan Onte.
"Bayangkan, Pak Christianto sudah 73 tahun dan lututnya bermasalah, masih mau terjun berpolitik. Kendaraan sudah ada, momentum tersedia. Tunggu apa lagi," kata Grace.
Baca: Misteri Jejak Telapak Tangan Hitam di Mobil Pembawa Uang Mesin ATM yang Dirampok
Sejumlah tokoh juga memberikan dukungan dengan keputusan mereka masuk politik.
Mantan Dubes Argentina, Paraguay, dan Uruguay, Kartini Sjahrir menyatakan, PSI adalah partai yang didirikan oleh anak-anak muda yang ingin merawat dan mempertahankan identitas kolektif NKRI yaitu kemajemukan.
"Kemajemukan mensyaratkan dua hal yaitu toleransi dan dan kesetaraan. Toleransi hanya mungkin kalau ada keragaman dan bukan keseragaman. Toleransi pada gilirannya membawa kesetaraan," kata dia.
Karena itu, menurutnya, PSI adalah juga partai lintas generasi bagi mereka yang berjiwa muda dan mendukung kemajemukan.
"Saya sangat mendukung tokoh-tokoh masyarakat seperti Bung Christianto Wibisono bergabung dengan PSI. Saya berharap lebih banyak lagi yang ikut serta," kata Kartini dalam pesan pendeknya.
Sejarawan, Didi Kwartanada, menyatakan Azmi yang saya kenal adalah pejuang kebhinekaan.
"Ia adalah anomali, dia seorang asal Aceh, dari Serambi Mekkah, dan orang Islam yang sangat taat menginisiasi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa. Ia muncul mendobrak sekat-sekat yang diciptakan kolonialisme Belanda dan diperkuat oleh Orde Baru, bahwa Tionghoa adalah liyan atau the other, bukan bagian dari bangsa Indonesia," kata Didi.
Sementara ini, Maspri Koto menyatakan telah mengenal Onte sudah lama sekali.
"Onte ini memiliki banyak jaringan, banyak orang yang hormat, dukung dan sayang sama dia. Kekuatan dia jaringan. Banyak kawan aktivis berasumsi bahwa masuk partai tidak akan ada yang berubah. Tapi ini keputusan penting karena memang Onte punya kekuatan dalam melihat persoalan di bawah. Khususnya, di sektor pertanian, kehutanan dan agrarian," kata pendiri Bank Tani dan fellow Ashoka ini.
Dalam kesempatan itu, Christianto menyumbangkan 86 hasil kajian PDBI yang bisa dimanfaatkan untuk seluruh kader PSI.