Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Poros Joko Widodo (Jokowi) akan mendulang keuntungan besar dalam Pilpres 2019 ketika muncul poros ketiga mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Menurut Pengamat politik Dari Universitas Paramadina, Djayadi Hanan, pemilih Prabowo Subianto dan Gatot cenderung berasal dari kelompok yang sama.
Baca: Komplotan Rampok Gondol Uang Rp 54 Juta Dari Minimarket di Kramat Jati
"Yakni kelompok masyarakat yang tidak puas dengan Jokowi atau kelompok yang oposan terhadap Jokowi," ujar Direktur Eksekutif Saiful Mudjani Research and Consulting (SMRC) ini kepada Tribunnews.com, Selasa (8/5/2018).
Bila itu yang terjadi, kata dia, maka kelompok oposisi Jokowi bisa terbelah dan membuat peluang Jokowi menang lebih besar.
Baca: Yusril: Tidak Masalah Orang-orang HTI Bergabung dan Mendukung PBB
Soal AHY bisa mencuri suara dari pendukung Jokowi, hal tersebut belum terlihat jelas.
"Masih belum terlihat jelas kalau melihat data-data survei yang ada," jelasnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, saat ini, dengan perkiraan melalui simulasi pertanyaan top of mind, dukungan solid untuk Jokowi ada di kisaran 40 persen.
Sedangkan dukungan solid untuk Prabowo sekitar 20 persen.
Baca: Mengorek Fakta Aksi Stefanus Membakar dan Membuang Mayat Calon Istrinya di Pantai Karang Serang
Bercermin pada itu, maka menurutnya, ada sekitar 40 persen yang belum solid mendukung calon.
Dengan gambaran seperti itu, dia menilai, akan sangat tidak mudah bagi pasangan alternatif untuk menang.
"Karena dari 40 persen yang belum solid mendukung calon, sebagian sangat mungkin mendukung Jokowi," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan Partai Demokrat mulai mendorong pasangan Gatot-AHY menjadi Calon Presiden dan Wakil Presiden poros ketiga di Pilpres 2019.
Untuk itu pula, Partai Demokrat menurut Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, akan melakukan komunikasi politik dengan sejumlah partai politik.