TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suasana mencekam 36 jam di Markas Komando (Mako) Brimob Kelapa Dua, Depok.
Narapidana kasus terorisme (napiter) melakukan aksi keji hingga membuat lima anggota polisi, gugur.
Mereka pun sempat menyandera anggota Densus 88, Bripka Iwan Sarjana selama lebih dari 24 jam.
Kerusuhan ini bermula dari aksi provokatif yang dilakukan Wawan Kurniawan alias Abu Afif, pimpinan Jaringan Ansharut Daulah (JAD) Pekanbaru, Riau.
Aksi provokatif inilah lantas membuat ratusan narapidana terorisme yang berada disana melakukan aksi anarki yang terjadi selama puluhan jam.
Kamis pagi, polisi akhirnya berhasil mengatasi kerusuhan. 155 napiter menyerahkan diri, 1 tewas.
Baca: Tetangga Tak Menyangka Sosok Santun dan Ramah itu Menjadi Pelaku Pengeboman
Polisi pun lantas memindahkan mereka ke Lapas Nusakambangan, Jawa Tengah.
Namun aksi teror terhadap polisi tak henti sampai disini.
Tak lebih dari 24 jam, Mako Brimob kembali terguncang dengan tewasnya salah satu anggota yang sedang berjaga, Bripka Marhum Frencje.
Korban yang sedang berjaga di depan RS Bhayangkara melihat gerak-gerik mencurigakan dari seorang pria yang belakangan diketahui bernama Tendi Sumarno.
Pelaku lantas dibawa Bripka Frencje ke pos penjagaan Mako Brimob.
Namun justru disinilah, TS menghantam korban dengan senjata tajam hingga tewas.
Baca: BREAKING NEWS: Tiga Mayat Dikabarkan Terjebak di dalam Tongkang
Pelaku TS akhirnya ditembak oleh anggota Brimob lainnya yang juga berada di pos penjagaan.
Dua hari berselang, tiga bom meledak di Surabaya, Jawa Timur. Korban tewas dan luka kembali berjatuhan atas insiden ledakan bom ini.
Apakah yang sebenarnya terjadi?
Mengapa aksi terjadi beruntun?
Saksikan program AIMAN dalam episode "Di Balik Tragedi Mako Brimob" yang akan tayang pada Senin, 14 Mei 2018 pukul 20.00 WIB di KompasTV. (Chandra Kriftaningtyas/ KompasTV)