TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjutak, turut berkomentar terkait rilis daftar 200 nama mubalig atau penceramah oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI.
Dahnil menilai dengan di keluarkan rilis oleh kemenag justru dapat membuat perpecahan antar mubalig itu sendiri.
"Nah dengan cara begitu sebenarnya ada list itu justru akan memunculkan sangka-sangka, fitnah, dugaan macem-macem sehingga ada perpecahan diantara para mubaliq itu sendiri," ujar Dahnil, saat di temui di Kantor Pusat Dakwah Muhamadiah, Jakarta Pusat, Rabu (23/5/2018).
"Kemudian diantara umat, lalu ada tuduhan kami yang masuk dituduh mubalig 'plat merah', kemudian saya dituduh nah kalo mubaliq yang 200 ini tarifnya beda, padahal kami sama sekali, yang nama nya mubaliq, bagi kami di Muhamadiah itu tugas kesukarelawanan," sambungnya.
Baca: Jusuf Kalla Hadiri Bedah Buku Sahabatnya Sofjan Wanandi
Untuk meredam polemik yang 'kadung' terjadi di masyarakat, Dahnil melihat pemerintah perlu melakukan dialog intens dengan ormas islam.
"Jadi kami Muhammadiah, PBNU, MUI, seolah-olah jadi tukar cuci piring gitu loh. Ada masalah baru disuruh beresin, bantu beresin," ucap Dahnil.
Sementara terkait adanya rencana kemenag kembali menambah rilis nama mubalig, Dahnil melihat hal itu justru akan menambah polemik baru.
"Coba kita hitung pakai Matematika ada 200 umat Islam sebut begitu, sebutlah 2,5 persennya ada yang jadi dai, berati kan ada 5 jutaan, emang mau bikin daftar 5 juta daftar dai kan enggak," ucap Dahnil.
Untuk itu Dahnil lebih menyarankan Kemenag untuk membuat kriteria kemudian adakan dialog intens.
"Kalau ada mubalig yang pemahamannya enggak kompatibel dengan antara ke-Islaman dan ke-Indonesian lakukan pembinaan pelatihan-pelatihan secara intens," ujar Dahnil.