TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Pendiri NII Crisis Center yang juga Mantan Komandan NII, Ken Setiawan mengungkap, perekrutan anggota kelompok radikal di Indonesia tidak hanya menyasar kepada kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun, juga kaum buruh, bahkan buruh dinilai lebih berpotensi bergabung dari pada kalangan lain.
"Pasalnya kalau pelajar atau mahasiswa memiliki waktu yang terbatas, pulang tidak tepat waktu saja dicari orang tua. Akan tetapi kalau buruh apalagi yang tinggal jauh dari keluarga, tidak terpantau," ungkap Ken kepada tribun, Rabu (23/5/2018).
Ken menjelaskan dari 5.000 kasus warga yang bergabung ke kelompok radikal yang dia tangani sejak tahun 2011, lebih didominasi buruh. Bergabungnya buruh ke kelompok radikal ini biasanya di karenakan faktor solidaritas antar perantau, sehingga merasa senasib dan sepenanggungan sehingga perekrutan lebih mudah.
"Sama sama dari daerah dan mengadu nasib di ibu kota, biasanya bila korban belum ada kontrakan dan pekerjaan akan di berikan tumpangan gratis dan dijanjikan pekerjaan. Tapi hanya sebagai basa basi saja ujungnya nanti akan diajak mengikuti kajian agama," kata Ken.
Bila sudah sepemahaman, lanjut Ken akhirnya dicuci otaknya hingga bergabung di kelompok radikal tersebut. Ciri-ciri orang yang bergabung ke dalam kelompok radikal, Ken menegaskakan, biasanya sifatnya berubah menjadi pendiam, suka berbohong karena menyimpan rahasia yang hanya boleh diketahui kelompoknya.
Untuk karyawan formal, kebanyakan mereka tiba-tiba keluar dari perusahaan tanpa alasan jelas.
"Ada yang sampai bertahun tahun tidak pulang karena aktif di kelompok radikal, bahkan ada laporan ke NII Crisis Center dari kalangan buruh yang berangkat ke Suriah mendukung ISIS dan dia tidak kembali lali, infonya meninggal di Suriah," ungkap Ken.
"Kalau seorang pelajar atau mahasiswa tidak pulang kan biasanya dicari keluarganya, tapi kalau kalangan buruh tidak pulang ke kost atau kontrakan ya tidak ada yang cari. Tidak pulang sehari, seminggu, bahkan sebulan pun enggak ada yang cari, paling yang mencari yang punya kost atau kontrakan karena tidak bayar kontrakan," katanya lagi.
Ia kemudian mencontohkan, kasus seorang karyawan perusahaan di Cikarang, sudah menjadi karyawan kemudian keluar. "Hal itu karena dia harus mengumpulkan dana yang banyak, sehingga tidak ada waktu untuk bekerja mereka harus fokus dalam kelompok barunya," jelas Ken.
Info lengkap klik www.niicrisiscenter.com
Hotline Pengaduan Masyarakat
whatsapp 08985151228- 085211231363