TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarnoputri berdasarkan hitung cepat sejumlah lembaga survei kalah dari pasangan Khofifah-Emil Dardak.
Menurut Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, pasangang Gus Ipul-Puti hanya mendapatkan suara sebesar 45,86 persen.
Kalah dari Khofifah yang berhasil menjadi 'juara' dengan mendulang presentase suara sebesar 54,14%.
Menurut penelitian senior LSI Denny JA, Aji Al Farabi setidaknya ada tiga faktor penyebab kekalahan Gus Ipul- Puti di Pilgub Jatim.
Pertama menurut Aji, image petahana kurang melekat pada sosok Gus Ipul.
Sebab sebelumnya Gus Ipul hanya seorang wakil gubernur, dimana menurut Aji, image petahan lebih melekat pada sosok gubernur.
"Sebagai wakil biasanya hanya menerima limpahan, kecuali gubernur petahananya mendukung wakil gubernurnya, maka makin kuat asosiasinya. Kiat lihat di Jawa Timur kan guberburnya kan tidak mendukung Gus Ipul karena partainya menduking Khofifah," ujar Aji di kantor LSI, Jakarta Timur, Rabu (27/6/2018).
Baca: Khofifah Mengaku Hanya Akan Mendukung Jokowi di Pilpres 2019
Faktor kedua yang menyebab Gus Ipul kalah ialah kekuatan Khofifah dinilai lebih lengkap dalam menghadapi Pilkada Jatim.
Menurut Ali, walaupun Puti adalah anggota DPR, hal itu tidaklah cukup sebab persepsi masyarakat masih menempatkan Puti sebagi sosok yang belum memiliki pengalaman di pemerintahan.
"Terbukti dalam debat Emil cukup lebih dominan dibandingan wakilnya Gus Ipul ya," ujar Ali.
Selain itu juga Emil dinilai mampi mengambil basis-basis nasionalis, yang seharusnya di kuasai kubu Gus Ipul.
"Karena Gus Ipul diusung PDIP dan Puti kader PDIP, dan secara ideologi pun Puti adalah anak kandungnya Soekarno, karena dia adalah cucunya Soekarno," ujar Ali.
Dan faktor terakhir ialah pemilih muda di Jawa Timur lebih memberikan hak pilihnya kepada Khofifah-Emil.
"Ya karena pesona Emil lebih kuat ya dibanding wakilnya Gus Ipul," ujar Ali.