TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengemukakan alasan menyebut Pilkada 2018 seperti Pilpres 2019.
Ia mengatakan sepanjang 2018 ini berita terkait Jokowi yang maju kembali di Pilpres 2019 lebih banyak disiarkan media ketimbang berita pilkada itu sendiri.
"Pemberitaan lebih banyak siapa calon presiden, siapa rival Pak Jokowi, siapa cawapresnya Pak Jokowi, kira-kira partainya akan berkoalisi di mana," ujar Tjahjo di hotel kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (2/7/2018).
Sehingga, pembicaraan terkait Pilkada maupun adu program seolah tertutupi dengan pemberitaan Jokowi.
"Kan jarang membahas koalisi pilkada, adu program, adu konsep, mayoritas pemberitaan yang kami kliping semua itu rasanya rasa pilpres padahal kampanye baru September nanti," ungkapnya.
Selain itu dari hasil penyelenggaraan pilkada serentak 28 Juni lalu, ia menerangkan dapat mencerminkan 60 persen pemilih pada pilpres dan pileg mendatang.
"Pilkada ini aromanya pilreg dan pilpres karena 171 daerah ini sudah mencerminkan 60 persen lebih pemilih pileg dan pilpres," sebut Tjahjo.
Meski demikian, ia mengungkapkan pada pilkada 2018 ini, tingkat partisipasi pemilih meningkat meski tak mencapai target sebesar 78 persen.
"Secara teknis pelaksaan pilkada berjalan lancar, target 78 persen tidak melampaui tapi secara prinsip naik," tutur Tjahjo.