Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Pemerintah akan menyiapkan insentif pajak untuk menahan sentimen negatif dari rencana perang dagang Amerika Serikat terhadap produk-produk Indonesia.
Kepala BKPM Thomas Lembong menjelaskan, adanya ancaman perang dagang akan berdampak pada investasi dan menimbulkan ketidakpastian bagi kalangan pengusaha ataupun investor.
Baca: PDIP Berharap Jusuf Kalla Tetap Menjadi Partner Jokowi
"Oleh karena itu, kita harus menyiapkan insentif tambahan untuk menanggapi dan menanggulangi dampak kepada sentimen investor," kata Thomas di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (9/7/2018).
Tom sapaan akrab Thomas, investasi yang bersifat megaproyek di bidang industri hulu perlu menjadi fokus pemerintah.
Karena nilai investasinya sangat besar dan mencapai puluhan triliun.
Baca: Politikus PDIP Sebut Pertemuan Megawati dengan Jokowi Bicarakan Nama Calon Wakil Presiden
"Di hulu, industrinya banyak sekali proyek yang berorientasi ekspor atau mengurangi impor, contohnya adalah smelter," ujar Tom.
Menurut Tom, jika realisasi investasi megaproyek di hulu dipercepat maka banyak keuntungan yang diraih pemerintah dalam meningkatkan perekonomian dalam negeri.
Baca: Mendagri Anggap Wajar Dukungan yang Disampaikan TGB Kepada Jokowi
"Bisa tiga sentimen, investasi masuk, arus modal masuk, ekspor meningkat dan impor dikurangi demi menjaga kestabilan atau kewajaran neraca dagang," ucap Tom.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menambahkan, Presiden Joko Widodo telah menyampaikan kepada jajarannya untuk melakukan optimalisasi fiskal.
Seperti yang berkaitan dengan bea keluar agar industri Indonesia mempunyai daya saing.
"Kemudian juga melakukan keterjaminan ketersediaan bahan baku, kemudian memberikan insentif agar ekspor bisa ditingkatkan. Lalu terkait investasi, diberikan insentif untuk melakukan relokasi pabrik untuk pindah ke wilayah lain," papar Airlangga.
Diketahui, Presiden Amerika Donald Trump mengancam bakal mengenakan tarif ke-124 produk asal Indonesia menyusul defisit yang terjadi pada Amerika dalam hubungan dagang dengan Indonesia.